Melihat kenyataan tersesbut di atas, pemerintah Indonesia, melalui Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) meluncurkan program STARNAS ATS (Strategi Nasional Penanganan Anak Tidak Sekolah) yang sekaligus juga ikut merealisasikan pilar ke-4 dari SDGs dan RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) 2015-2019 dengan memprioritaskan pembangunan pendidikan yang memfokuskan wajib belajar 12 tahun.Â
Program ATS ini bertujuan untuk memastikan adanya penguatan, perbaikan, perluasan, serta koordinasi yang efektif dari berbagai program yang relevan dan inisiatif pemerintah dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dan pelatihan anak-anak Indonesia.Â
Starnas ATS menguraikan kompleksitas isu dan permasalahan yang menyebabkan anak tidak bersekolah atau putus sekolah. Sasaran utamanya anak di rentang usia 7-18 tahun yang menjadi penerima manfaat program, termasuk anak-anak rentan, seperti anak penyandang disabilitas, serta anak-anak yang berada di daerah 3T (Terdepan, Tertinggal, Terluar).
BAPPENAS mengungkapkan ada beberapa faktor ATS yaitu anak yang berada di daerah 3T, anak yang bekerja dan pekerja anak, anak penyandang disabilitas, anak yang berhadapan dengan hukum (ABH), Anak jalanan dan anak terlantar, anak dalam pernikahan anak/ibu remaja, dan kelompok ATS lainnya.
Adapun strategi penanganan ATS yang dilakukan oleh BAPPENAS adalah mengedepankan strategi intervensi dan strategi pencegahan. Strategi intervensi ditujukan kepada anak-anak dan remaja yang tidak bersekolah, sedangkan strategi pencegahan diarahkan untuk memastikan agar anak yang beresiko putus sekolah tetap bersekolah sampai tuntas Pendidikan Dasar dan Menengah 12 tahun.
Program Starnas ATS ini diharapkan mampu untuk menjangkau anak-anak di daerah terluar pulau Indonesia. Kondisi geografis dan keterpencilan, ditambah kurangnya tenaga didik, tingginya ketidakhadiran guru kerap menjadi halangan penyelenggaraan pendidikan di daerah terluar. Namun, semua itu tidak menjadikan kita untuk terus berusaha menghadirkan layanan pendidikan yang memadai sehingga anak-anak akan merasakan pendidikan yang inklusi tadi, pendidikan yang tanpa adanya hambatan atau rintangan untuk mereka berkembang dan menjadi anak Indonesia seutuhnya.
Sekian catatan saya di pagi hari ini
Salam hangat dari kota hujan,
Dewi R Dita