Mohon tunggu...
Dewi Nurbaiti (DNU)
Dewi Nurbaiti (DNU) Mohon Tunggu... Dosen - Entrepreneurship Lecturer

an Introvert who speak by write

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Body Shaming Kerap Hadir di Tengah Pertemanan

4 Desember 2018   11:57 Diperbarui: 4 Desember 2018   12:22 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mungkin dulu bagi yang tidak terima dikatai "gendut" atau "kurus" atau sapaan terkait fisik lainnya hanya bisa diam dan menahan kekesalan, karena jika menjawab perkataan tersebut semua kembali lagi ke kita yaitu kita yang salah, diantaranya "Ah baper amat lo!". Agak susah ya gaes meluruskan maksud hati kita yang tidak suka dikatai seperti itu, apapun alasannya, hanya bercanda, sapaan teman dekat, atau alih-alih biar akrab. No, tetap saja menyakiti.

Pun seperti saya yang kerap disapa "Wi, kurus amat lo!". Sakit ga dengernya? Hahaha.... atau "Waduh... dari dulu masih kerempeng aja lo Wi, ga berubah...". 

Hm... ada lagi yang lebih pedes "Dewi, lu kurus amat, tersiksa lu ya?" Dalam menghadapi yang seperti ini, duluuu... awal-awal saat banyak teman yang tak senonoh berkata demikian saya hanya bisa menjawab "hehe... iya..." sambil menelan kesakitan jiwa yang tak tertahankan. 

Lambat laun saya mulai waras dan berfikir "Oh dia ngiri kayaknya sama gw, pengen kurus juga haha...". Lalu kemudian jika ada yang mengatakan saya kurus, secepat kilat saya jawab "Oh iya.. harusnya gw gendut kayak elo ya...." Eh dia marah dong sis gw bilang gendut ahhahaa... Lalu ingatkah dia, apakah gw pernah murka dihadapannya? Kaga tuh wkwkwkw....

Para pembaca yang baik hati, drama di atas sungguh diangkat dari kisah nyata, selain orang lain yang mengalami, saya pun demikian adanya. Tidak habis waktu bagi orang-orang untuk mengatakan sesuatu hal terkait kondisi tubuh saya. 

Melalui tulisan pendek ini saya hanya ingin mengingatkan kepada sesama, bahwa selain saat ini telah ada Undang-undang yang akan menejerat pelaku body shaming khususnya yang dilakukan di media sosial, ada hal lain yang perlu dicermati. 

Sebelum kamu mengatakan sesuatu baik melalui lisan ataupun tulisan, ingatlah bahwa ada hati orang lain yang perlu dijaga, terlebih lagi apa pun kondisinya dia adalah makhluk ciptaan Tuhan. Sungguh beranikah kamu menghina ciptaan-Nya?

Teman yang baik adalah yang mampu memberikan energi positif, bukan yang justru menjatuhkan walau dengan embel-embel kasih sayang. 

Kita tidak akan pernah tahu ada alasan apa hingga tubuh teman kita menjadi gemuk atau kurus, mengapa kulitnya menghitam, mengapa rambutnya menipis, atau hal-hal lain yang benar-benar kita tidak mengetahui alasannya. 

Do you remember? Everythings happen for a reason. Pasti ada alasannya dan hanya dia yang mengetahuinya. Kita tahu apa? Bisanya hanya menyapa dengan sebutan yang termasuk dalam kategori penghinaan.

Hati-hati ya gaes... sekarang bagi yang tidak terima dikatai terkait kondisi fisiknya ia bisa melapor ke kepolisian dengan aduan penghinaan atau pencemaran nama baik. Hukuman pidana penjara atau denda telah menanti bagi siapa saja yang melanggarnya.

(dnu, ditulis sambil makan mie goreng pake telur pake roti bakar sama pake bakwan, 4 Desember 2018, 11.46 WIB)    

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun