Mohon tunggu...
Dewi Nurbaiti (DNU)
Dewi Nurbaiti (DNU) Mohon Tunggu... Dosen - Entrepreneurship Lecturer

an Introvert who speak by write

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pakar Dadakan Adalah Proses Pengembangan Pola Pikir

2 November 2018   14:55 Diperbarui: 2 November 2018   16:00 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Media sosial memang memiliki keajaiban tersendiri, dan magnet kuat untuk menarik jumlah penggunanya setiap waktu. Termasuk juga keajaiban dalam hal melahirkan berbagai "pakar dadakan" atas suatu bidang. Misalnya, di tengah panasnya masa Pemilu Presiden, tidak sedikit bermunculan para "pakar dadakan" yang mengomentari berbagai hal terkait issue Pemilu, ataupun saat terjadinya suatu musibah, tidak sedikit pengguna media sosial yang tampil dengan komentar layaknya praktisi ahli dalam hal terjadinya musibah tersebut. Masih banyak contoh kasus lainnya yang ketika tengah hangat-hangatnya, lahirlah "pakar-pakar dadakan" yang berbagi pendapat melalui unggahannya di media sosial, yang dengan keadaan ini membuat sebagian orang lain bersikap "nyinyir".

Mengapa dikatakan "pakar dadakan"?, karena sebenarnya mereka adalah orang-orang biasa, penikmat berita dan pengguna media sosial yang tidak berkecimpung cukup dalam terhadap issue yang dikomentarinya. 

Seseorang yang dapat dikatakan sebagai pakar adalah yang memang memiliki latar belakang pendidikan yang sama dengan issue yang dibahasnya, dan atau mereka yang memang bekerja dibidang tersebut sehingga asam garamnya sudah amat dikuasai. Mengapa dikatakan dadakan? Karena para pengguna media sosial tersebut tiba-tiba mengomentari sesuatu hal, padahal biasanya tidak.

Apakah menjadi seorang "pakar dadakan" itu salah? Dilihat dari kaca mata saya, tidak ada yang salah dari hal tersebut. Mengapa demikian? Pertama, bukankah setiap orang bebas mengeluarkan pendapatnya di muka umum?, namun dengan catatan dilakukan dengan cara-cara yang positif. 

Kedua, bukankah media sosial adalah media umum yang setiap orang bebas mengeluarkan isi kepalanya?, namun tetap dilakukan dengan cara-cara yang baik. Ke tiga, kita tidak boleh lupa, mengapa seseorang mendadak menjadi pakar adalah karena otaknya aktif bekerja, otaknya berfikir untuk menanggapi sesuatu hal. Teakhir, bukankah semua itu bagian dari proses pengembangan pola pikir?

Otak manusia yang mampu bekerja dengan baik adalah yang mampu bergonta ganti perihal yang difikirkan dan mentransformasikannya dengan tepat melalui perkataan ataupun tulisan dengan pemaknaan yang tepat. 

Dalam tulisan pendek ini tidak dibahas mengenai konten dari komentar "pakar dadakan" tersebut apakah positif atau negatif, melainkan membahas mengapa seseorang mendadak berkomentar layaknya seorang pakar. 

Ketika seseorang mencoba untuk berkomentar tentang sesuatu hal, yang perlu diingat pertama adalah dia tidak sedang tampil sebagai pakar, melainkan hanya mencoba menuangkan pemikirannya dan disajikan kepada khalayak ramai. Gelar "pakar" hanya disematkan oleh orang-orang yang mungkin tidak sependapat dengan Sang "pakar" tersebut, sehingga diberikan konotasi negatif dari kata "pakar" itu.

Adalah sebuah proses pengembangan kemampuan berfikir sekaligus sebagai proses pengembangan wawasan saat seseorang memberikan sebuah komentar terhadap suatu issue. 

Jika dapat dikatakan, pendapat-pendapat yang datang dari ribuan "pakar dadakan" tersebut adalah sebuah brainstorming tingkat tinggi, yang melibatkan banyak orang lalu kemudian ada orang lain yang bertugas memetakan pendapat-pendapat tersebut, apakah sesuai dengan pemikirannya atau tidak sehingga akan muncul pendapat baru, dan terus saja akan bergulir seperti itu.

Tidak ada seorang pun yang mampu mengendalikan arah kemudi media sosial, dan tak seorang pun dapat mengendalikan kuatnya arus pergerakan ragamnya. Tingginya angka pengguna media sosial menjadi faktor utama lahirnya dampak positif maupun negatif, diantaranya komentar-komentar pengguna. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun