Mohon tunggu...
Healthy

Terpasung Selama 22 Tahun

15 Oktober 2018   17:38 Diperbarui: 15 Oktober 2018   21:10 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kadang menjadi orang normal memang membosankan namun menjadi tidak normal juga bukan pilihan. Roda kehidupan terus berputar, tidak hanya membahas tentang si kaya memberi si miskin. Tetapi, tentang si normal yang memanusiakan si gila.

Namanya Asep Kosasih, umurnya 37 tahun, sayang saat usianya menginjak 15 tahun ia harus di pasung akibat penyakit skizofrenia yang di deritanya. Padahal sakit, tapi di kurung selama 22 tahun bukan di obati? Tidak adil memang.

Skizofrenia adalah salah satu gangguan kesehatan mental kronis yang dapat menimpa setiap orang. Penyakit ini menyebabkan gangguan proses berpikir pada penderitanya. Tanda awal penyakit jiwa ini di mulai dari saat orang tersebut mulai menjauhkan diri dari lingkungan,tingkat kebersihan yang buruk,mulai ngomong ngelantur,menunjukan gerak-gerik yang aneh dan mulai berhalusinasi.

Keadaan asep yang memprihatinkan dengan sorotan mata yang tajam mengisaratkan kebencian dan kemarahan, rambut gimbal tak beraturan serta tubuh yang tidak terbalut sehelai benang membuat asep tidak terlihat seperti kebanyakan orang, bahkan tingkah lakunya bisa di sebut mirip hewan.

Asep hanya bisa meringkup di atas ranjang yang di lapisi kasur tipis dan  kusam. Tubuh yang kurus kerontang terlihat hidupnya memang penuh dengan tekanan apalagi kakinya yang terborgol rantai membuatnya tak bisa berjalan.

Bau tak sedap yang tercium di dalam ruangan berukuran 2x2 meter tersebut yang berlokasi di di Kampung Somang, Desa/Kecamatan Parungpanjang, Kabupaten Bogor tempat asep tinggal.  Ruang tesebut menjadi tempat singgah asep selama 22 tahun. Semua kegiatan seperti makan,minum,buang air kecil, buang air besar serta berkhayal ia lakuan di sana.

Waktu kecil asep lahir dengan keadaan normal. Kondisi mulai kacau saat asep berusia 12 tahun. Bermula dari keingan asep yang meminta motor baru kepada sang ayah, namun tidak di penuhi, sampai akhirnya sang ayah meninggal dunia. Karena tidak ada lagi yang bisa menafkahi maka sang kakak menjual motor lamanya untuk memenuhi kehidupan sehari-hari keluarga.

Sejak saat itu asep mulai sering bengong, mengurung dirinya di kamar. Dan sesekali keluar membuat onar dengan mengintip tetangganya yang sedang mandi. Asep juga sering memecahkan kaca dan membakar sebagian rumahnya. Daripada membahayakan orang lain saat itupun keluarganya tidak ada pilihan lain selain memasungnya.

Mengutip dari CNNINdonesia, Asep hanyalah 1 dari belasan ribu penderita gangguan jwa lainnya yang hidupnya terpasung. September 2018 sudah tercatat 12.832 orang yang memiliki gangguan mental terpasung di Indonesia.

Angka tersebut masih jauh di bandingkan 400 ribu pengidap gangguan jiwa kronis dan 14 juta disabilitas psikosial. Walaupun kecil, tetapi mengatasi pengidap gangguan jiwa dengan cara di pasung adalah salah dan tidak di anjurkan.

Faktor ekonomi adalah hal utama yang mendorong praktik pemasungan di masyarakat terjadi. Para keluarga sudah pasrah dan tidak memiliki cara lain untuk mengobati apalagi membawa korban ke rumah sakit jiwa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun