Mohon tunggu...
dewi mayaratih
dewi mayaratih Mohon Tunggu... Konsultan - konsultan

suka nulis dan jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jangan Bersimpati pada Ormas Radikal

9 Januari 2021   11:48 Diperbarui: 9 Januari 2021   11:50 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti halnya di global, di Indonesia, agama Islam tidak bisa dilihat dengan monoprespektif. Ada Nahdatul Ulama (NU) yang menampakkan Islam tradisionalnya, atau Muhammadiyah yang menonjolkan Islam moderat. Persamaannya adalah bahwa keduanya berdasar dan mengakui Pancasila serta UUD 1945 sebagai dasar dan falsafah negara.

Lain halnya dengan Hizbuth Tahrir Indonesia atau HTI yang jelas-jelas menolak Pancasila dan UUD 1945. Mereka memimpikan bentuk negara khilafah yang sebenarnya juga tidak dilakukan oleh banyak negara Islam di dunia. Bahkan Saudi Arabia yang punya keterikatan sejarah dan emosional dengan Islam, tidak berbentuk seperti yang diimpikan oleh HTI.

Namun akhir-akhir ini kita diributi oleh urusan Front Pembela Islam atau FPI yang dipimpin oleh Muhammad Riezieq Shihab (MRS). Berbeda dengan Quraish Shihab bersaudara yang merupakan intelektual Islam yang moderat, meski sama sama bermarga Shihab, MRS memimpin FPI mengarah ke Islam radikal.

Mungkin kita masih ingat sorotan banyak orang soal sweeping liar dan tindakan kekerasan lain yang dilakukan oleh FPI.  Kegiatan-kegiatan mereka selalu bertabrakan dengan ranah hukum, dimana yang sebenarnya paling berwenang soal itu adalah pihak kepolisian. Namun sepertinya mereka tidak peduli dan sering mengatasnamakan umat Islam Indonesia sehingga seakan persoalan yang mereka hadapi adalah persoalan umat Islam secara keseluruhan.

Mereka dengan seenaknya melanggar hukum, melanggar protocol kesehatan dan berbagai kegiatan yang melanggar hukum lainnya. Penyambutan MRS dari Saudi Arabia ke Indonesia Desember lalu yang banyak disorot  dan menimbulkan banyak koridor yang ditabrak sebenarnya merusak Islam sendiri. Penyambutan tak terkendali itu sempat membuat Kapolda Metro Jaya dan Kapolda Banten dicopot dari jabatannya.

Belum lagi jika kita mengingat bagaimana agama ditunggangi oleh kepentingan politik pada beberapa Pilkada di Indonesia. MRS dengan membawa FPI dengan terang-terangan mensupport salah satu pasangan dengan basis dalil-dalil Islam . Mereka membawa ranah politik ke masjid dan mushala. Bahkan di media-media sosial mereka juga memprovokasi umat untuk memilih salah satu pasangan dalam pilkada dan pilpres sehingga banyak orang bersimpati atas mereka.

Berbeda dengan NU atau Muhammadiyah. Ormas seperti FPI bukan mencerminkan Islam itu sendiri. Ormas seperti ini hanya membawa kepentingan mereka untuk keuntungan mereka sendiri juga. Mereka hanya berdampak negative dengan memecah belah bangsa ini.

Jadi, untuk apa bersimpati atas mereka?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun