Mohon tunggu...
dewi mayaratih
dewi mayaratih Mohon Tunggu... Konsultan - konsultan

suka nulis dan jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Covid-19, Jangan Ciptakan Kekacauan atas Musibah

20 Maret 2020   14:24 Diperbarui: 20 Maret 2020   14:41 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kasus Covid-19 pertama kali muncul di kota Wuhan-Hubei, Cina pada akhir Desember lalu. Pada bulan Januari sampai Februari, pemerintah Cina sampai membuat rumah sakit khusus Corona yang selesai dalam wakti kurang dari 10 hari di dekat kota Wuhan.

Mulai Februari sebarannya makin luas di luar Cina. Dan pada bulan Maret, Italy adalah negara di Eropa yang paling banyak menderita penyakit ini, disusul negara Asia yaitu Iran. Lalu negara-negara seperti Spanyol, Jerman, Perancis, AS, Korea Selatan, Inggris dan beberapa negara eropa juga masuk dalam jumlah korban yang lumayan banyak.

Begitu juga dengan Indonesia. Negara kita yang punya banyak 'pintu' ini memang sangat rentan tertular penyakit dari luar Indonesia. Pintu-pintu itu adalah bandara dan pelabuhan modern sampai pelabuhan tradisional. Pintu-pintu yang mencapai ribuan ini tersebar dari Sabang sampai Merauke dan membawa resiko tersebndiri.

Tantangan lebih lagi adalah masyarakat kita yang tak mudah teredukasi soal bahayanya virus ini. Alih-alih edukasi, tapi yang terjadi adalah penyebaran informasi tak benar alias hoax soal ini dan membuat masyarakat lain yang tidak teredukasi digital, mempercayainya dan menimbulkan kepanikan luar biasa. Ratusan laporan hoax dan disinformasi soal ini dan ada beberapa pihak yang ditangkap. Mereka berupaya menciptakan kekacauan di tengah musibah ini.

Dunia dengan ratusan negara kini memang agak berbeda dengan dunia sebelum Covid -19 merebak dan menjadi pandemic. Banyak ketakutan yang muncul, serta kepanikan yang luar biasa atas kasus ini. Mungkin kita ingat sebagian warga pulau Natuna yang pergi dari pulau itu ketika pemerintah menginstruksikan pulau Natuna sebagai tempat karantian sekitar 200 lebih mahasiswa Indonesia yang studi di Wuhan epicentrum penyakit ini.

Kita mungkin juga harus ingat pada Anak Buah Kapal (ABK) Diamond Princess yang berlabuh di Jepang dan sebagian ABK yang WNI tertular Covid-19. ABK yang sehat sampai mengungkapkan ke status media sosial mereka supaya mereka segera dijemput. Suatu suasana batin yang layak kita perhatikan.

Saat ini pemerintah meminta kita untuk mengurangi kegiatan di luar; bersekolah, beribadah, bermain atau berolahraga cukup dilakukan di rumah. Memang beberapa orang bisa melakukan pekerjaan dan beraktivitas dari rumah, tetapi sebagian tidak bisa karena mereka bekerja di sektor informal.

Dalam keadaan demikian, selain nurani, kita juga memakai akal sehat dab daya kritis kita menyikapi masalah ini. Penilaian atas situasi harus dilakukan dengan objektif, rasional, dan reflektif.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun