Ada beberapa pilihan pekerjaan yang menjadi opsi untuk kita mahasiswa lulusan Ilmu Komunikasi, beberapa di antaranya yaitu menjadi koordinator sebuah televisi, menjadi jurnalis, profesi sebagai potografer, dan juga bekerja pada bagian broadcast.
Menjadi karyawan di sebuah TV adalah hal yang menyenangkan juga memberikan pengalaman tersendiri. Selain kita mengetahui bagaimana sebuah TV beroperasi, kita juga dapat mengetahui seluk beluk yang ada di dalamnya. Apalagi bila posisi yang kita tempati cocok seperti apa yang kita inginkan atau bahkan itu adalah hobbi kita, tentunya akan menambah semangat dan mambuat kita menjadi lebih produktif dalam melakukan pekerjaan tersebut.
Seperti Awang Arief Setiawan yang berhasil menjadi koordinator di Televisi Edukasi cabang Magelang. Cowok kelahiran Magelang, 29 November 1991 ini telah menduduki jabatan itu hampir 4 tahun. Meskipun belum mendapat gelar sarjana, namun ia telah diberi kepercayaan untuk memegang peran sebagai kordinator tersebut karena ketrampilan audio-video yang ia kuasai.
Kompetensi yang ia miliki juga kesenangan akan profesi ini tentunya memudahkannya dalam menjalani profesi sebagai koordinator tersebut. Selain itu ia juga menjadi teknisi dan editor sebelum suatu event ditayangkan di salah satu stasiun televisi. Menjadi kameramen dalam sebuah acara hajatan adalah pekerjaan sampingan yang ia jalani dengan alasan karena gaji yang ia terima menurutnya masih tergolong rendah.
Sebenarnya ada dua profesi pokok yang ia jalani, yaitu menjadi koordinator televisi dan menjadi Staf TU di sebuah Instansi. Namun dalam pengakuannya, ia lebih condong pada profesi yang pertama dengan alasan lebih cocok dengan kompetensi yang ia miliki, meskipun hanya mendapat honor beberapa rupiah saja. Itulah suka duka selama ia menekuni profesi sebagai koordinator tersebut.
Pengalaman paling berkesan yang berhubungan dengan profesi ini yaitu piala trofi yang dapat ia raih dalam kompetisi nasional yang diselenggarakan oleh sebuah forum Internasional pada tahun 2010 silam. Kompetisi tersebut merupakan kompetisi membuat skenario film dokumenter dengan judul “Abdimu Terabaikan”. Selain itu, ia juga berhasil meraih nominasi sebagai “The Most Viewers” melalui film yang ia buat dari skenario tersebut.
Adanya issue mengenai pasar bebas yang akan datang beberapa tahun mendatang tidak menyurutkan kesenangannya pada profesi tersebut. Ia mengaku, bahwa pasar bebas tidak begitu berdampak pada apa yang ia kerjakan asalkan lebih meningkatkan kompetisi saja.
Profesi kedua yang kita bahas yaitu sebagai seorang jurnalis. Menjadi jurnalis tentunya tak semudah seperti yang kita bayangkan selama ini. Selain kita harus bekerja tak kenal waktu, kita juga diwajibkan selalu dapat menyesuaikan diri dngan situasi dan kondisi apapun yang kita temui, misalkan di daerah yang berbeda dengan keseharian kita.
Kata jurnalistik sendiri awal sebenarnya berasal dari daerah Eropa. Ada beberapa kegiatan yang tergabung dalam “jurnalistik”, yaitu Peliputan yang merupakan kegiatan yang mencangkup pencarian, pencatatan, mewawancara, penyelidikan, pengolahan data awal, sampai pengumpulan bahan. Selanjutnya penyuntingan yaitu mencangkup penyusunan, penyeleksian, pengurangan, pemeriksaaan, perbaikan, pengolahan data lengkap yang kemudian siap untuk disajikan. Publikasi yaitu penyajian di mana kegiatan ini dilakukan oleh pihak percetakan.
Semua profesi tentunya memiliki kaidah dan norma yang harus dipegang agar profesi tersebut berjalan sebagaimana mestinya tanpa merugikan pihak manapun. Begitupun juga dengan profesi jurnalis ini, ada kaidah yang harus dipegang teguh dalam pelaksanaannya, yaitu apa yang kita jurnalkan hendaknya faktual, aktual, mencangkup 5W+1H, jelas dan juga objektif.
Semoga membantu yaa..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H