Kemarin aku menonton sebuah film berjudul 'Rumah Masa Depan' di Netflix setelah menyelesaikan pembuatan soal UTS untuk mahasiswa di UCIC Cirebon. Aku mengampu tiga mata kuliah, yaitu Perilaku Organisasi, Komunikasi Bisnis dan Negosiasi serta Manajemen Tata Letak dan Planogram.Â
Soal yang aku buat tidak sulit ... He3 ... Namun, mahasiswa kadang bilang, "Jawabannya sulit gak Bu?" Ya ... Tidak sulit jika mahasiswa mau tekun mengikuti setiap sesi perkuliahan dan mengerjakan dengan baik tugas yang aku berikan. Terutama tugas praktikum. Penting sekali itu untuk membentuk karakter, mendalami materi, dan menghasilkan luaran (outcome) yang sesuai dengan tujuan mata kuliah tersebut.
Nah ... Apa kaitan antara pembelajaran di kampus dengan film yang aku tonton? Pelajaran apa yang bisa dijadikan bekal kehidupan rumah tangga yang baik? Yuk! Simak ...
Belajar dari Film Rumah Masa Depan
Episode kehidupan manusia itu tentu saja akan ada banyak lika liku yang kadang naik atau turun. Bisa juga terasa dihantam ombak atau sedang dibuai semilir angin sejuk. Ada perasaan nyaman tapi pada waktu lain ada gelisah. Film yang mengangkat tema keluarga ini berlatar suasana desa di Cibeureum Sumedang. Ya ... Aku tebak dari nomor polisi 'Z' mobil yang dikendarai tokoh utamanya.
Kali ini aku ulas satu konflik yang terjadi antara mertua dan menantu dalam film yang menampilkan artis senior yang masih tetap cantik Widyawati dan Laura Basuki. Mertua yang benci kepada menantunya disebabkan masa lalu yang tragis. Kakek Laura yang memerankan Surti pernah mengambil paksa tanah keluarga Widyawati yang memerankan Kokom. Hutang yang tak mampu dibayar harus ditebus dengan menyerahkan tanah satu-satunya sumber kehidupan keluarga sebagai petani.
Dendam itu mengerak dan menjadi benci yang sepertinya tak bisa pupus. Apakah bisa berdamai dengan keadaan? Apakah bisa tumbuh rasa saling menyayangi? Apakah bisa mertua dan menantu menjadi sahabat sejati -bestie?
Surti berusaha menjadi menantu yang berbakti dan mengungkapkan dengan lugas bahwa dia sayang kepada mertuanya dan cinta kepada suaminya Sukri yang diperankan oleh Fedi Nuril. Sebagai menantu, Surti dapat secara legowo meminta maaf atas kejadian yang bisa membuat mertuanya tidak suka. Kokom juga kemudian mengungkapkan mengapa tidak suka kepada Surti.Â
Komunikasi terbuka seperti ini membuat suasana menjadi cair. Dramatis sekali sih ... Adegan saling mengungkapkan isi hati terjadi di kamar mandi. Saat itu Kokom harus dibantu untuk buang air kecil karena sedang sakit. Kejadian masa lalu diungkapkan. Ya ... Trauma dan jejak jelaga hitam itu perlahan terhapus oleh air mata tulus dan pelukan erat. Persoalan tentang tanah yang diambil paksa itu juga bisa diselesaikan dengan baik.
Aku melihat peran suami yang bisa menjadi penengah dalam konflik menantu dan mertua ini sangat penting. Sukri bisa memahami perasaan istrinya dan perasaan ibunya. Dia menjadi jembatan komunikasi antara istri dan ibu. Begitu juga Musa yang diperankan oleh Dedy Sutomo berusaha sebelum akhir hayatnya untuk mengembalikan tanah milik keluarga istrinya. Sungguh peran dari suami ini menjadi jalan damai bagi konflik mertua dan menantu.
Belajar dari Ibunda Sirriyah
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!