Mohon tunggu...
dewi laily purnamasari
dewi laily purnamasari Mohon Tunggu... Dosen - bismillah ... love the al qur'an, travelling around the world, and photography

iman islam ihsan

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Berjodoh dengan Penyuka Hujan

5 Januari 2021   12:50 Diperbarui: 5 Januari 2021   12:55 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Duduk menatap hujan di kampus ITB. Sambil menunggu anakku kedua selesai kuliah, kenangan tahun 2019.

Hobi kok hujan-hujanan. Awas! Masuk angin nanti. Bisa demam dan pening kalau tidak langsung mandi keramas. Hujan 2021 hadir membuka kenangan indah tentang makna tetesan bening, dingin, dan segar. Dulu jaman masih krucil ... Berbasah kuyup, riang gembira, berlarian diderasnya hujan. Itu dulu. Kini hujan 2021 pun ingin ku nikmati, entah dengan cara apa ? Menuliskan kisah masa kecil hingga berjodoh dengan penyuka hujan,adalah caraku berbagi bahagia di awal tahun 2021. Yuk! Lanjut membacanya ...

Eeehhh ... Main hujan kok masuk angin ya ??? Kenapa bukan masuk hujan, ha3 ... Lagi pula aku lebih sering pening kalau ketiga adikku yang bawel minta diajari matematika atau lebih pening lagi minta dibuatkan gambar. Lah ... Itukan tugas mereka. Kenapa aku yang harus kerjakan ?! Tapi ... Mamahku bilang itu tugas anak pertama, Teteh harus mau jadi mentor adik-adiknya.

Akupun demam bukan karena berjam-jam hujan-hujanan. Aku pernah demam ternyata karena kena cacar air. Kalau main hujan sampai keriput jemari tangan. Badan menggigilpun tak menyurutkan terus bermain. Berulang kali terjadi, hingga Mamahku pasrah. Tak ada lagi larangan. Hanya himbauan ... Kalau sudah menggigil sudahilah permainannya. Masuk rumah. Diberi handuk kering. Disiapkan air hangat untuk mandi. Tak lupa ada segelas susu hangat yang nikmat.

Cerita seru main hujan jaman aku masih sekolah dasar. Perlahan surut begitu sudah SMP. Pun sering aku pulang sekolah sengaja tak berpayung jika hujan. Cuma kadang tak sampai kuyup mengingat buku-buku di tas takut basah. Iiihhh ... Lucu kan lebih memikirkan buku basah daripada badan, baju dan sepatu basah. Kalau diingat-ingat sekarang sering aku tersenyum sendiri.

Pernah juga saat aku berenang, tetiba hujan turun. Kepinginnya sih terus berenang. Tapi petugas kolam menyuruh aku segera naik. Katanya takut ada petir. Bahaya! Ya sudahlah kalau yang bahaya seperti ini harus menurut. 

Waktu SMA aku pernah hujan-hujanan saat pulang kemping Pramuka. Wuuiiiihhhh ... Rasanya senang sekali. Apalagi aku berada di atas truk bak terbuka. Bernyayi dengan teman-teman tak hiraukan dinginnya cuaca dan angin yang berhembus dari arah depan kendaraan. Pernah juga saat menjadi utusan kontingen Pramuka kemping di kaki gunung Manglayang saat musim hujan. Hampir setiap hari mandi air hujan. Tidak perlu mandi dua kali sehari. Lah wong dinginnya menusuk tulang. Cukup basah kuyup saat kegiatan. Lalu handukan dan ganti baju. Untunglah hari-hari akhir kegiatan matahari bersinar hangat dan cerah. Barang dan baju pasukan bisa kering dan tak begitu membuat orangtua khawatir. Ternyata selam kemping lebih sering kehujanan daripada kepanasan.

Waktu kuliah di ITB, aku memarkir mobil di depan Masjid Salman. Nah ... Ruang kuliah jurusan Arsitektur persis segaris dengan masjid. Namun hujan sangat deras. Aku tak bawa payung. Nekat! Ku terobos saja butiran air sedingin es. Alhasil ... Baju kaosku tetap basah kuyup karena jeket tipis yang menutupi kepala tak mempan menahan derasnya hujan. Entahlah kalau tak ada kaka kelas yang menolong. Padahal aku tidak kenal dia ??? Malunya aku. Masa kuliah kuyup begitu ?! Aku dipinjami kaos dan jaket kering. Akhirnya selamatlah diri ini bisa ikut kuliah dengan kaos dan jaket pinjaman. 

Kisah bersama hujan yang romantis juga pernah loh! Aku ikut proyek dosen ke Jambi. Saat survey rumah adat di Kampung Sebrang Sungai Batanghari, hujan lebat turun tiada henti. Lama sekali ... Sesekali petir menyambar. Aku terjebak di teras sebuah rumah berduaan saja dengan seorang kakak kelas. Sedang teman lain entah terkurung dimana hingga hujan reda. Sementara tak ada yang bisa kami lakukan. Selain duduk menatap langit dan menikmati gemericik air di pekarangan. Kami bercakap-cakap dengan asyik sebagai teman. Ternyata dia juga suka hujan. Kami bertukar cerita tentang hujan. 

Akhir cerita ... Aku dan kakak kelasku yang suka hujan itu menikah, kami berjodoh ... Kini sudah 25 tahun kami bersama dengan bahagia. Barakallah.

Dua penyuka hujan bahagia bersama 25 tahun. Barakallah.
Dua penyuka hujan bahagia bersama 25 tahun. Barakallah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun