Kontributor: Aisyah Suwaiya, Mahasiswa KKN RDR Kelompok 67 UIN Walisongo Semarang
Plastik merupakan benda yang susah lepas dari kebutuhan hidup manusia. Mulai dari bahan pembungkus makanan, minuman hingga benda lainnya disekitar kita. Namun setelah digunakan selama puluhan tahun, plastik menjadi ancaman bagi bumi. Permasalahan yang paling utama dari plastik adalah limbah plastik yang tidak bisa terurai secara alami. Memerlukan waktu yang sangat lama untuk membersihkan sampah plastik dari muka bumi. Terlebih lagi karena penggunaan plastik hampir tidak bisa dikendalikan. Membuat limbahnya kerap menumpuk serta mencemari lingkungan.
Sampah merupakan salah satu masalah di Indonesia yang dapat memberikan dampak negatif baik pada lingkungan maupun kesehatan masyarakat. Sampah berkaitan erat dengan pertumbuhan penduduk yang cenderung meningkat setiap tahun. Peningkatan volume & jenis sampah juga berkaitan dengan pola hidup masyarakat. Kebersihan lingkungan menjadi tanggungjawab bersama mulai anak-anak sampai usia dewasa.
Dari data Jambeck pada tahun 2015, Negara Indonesia sempat menjadi penyumbang sampah plastik peringkat kedua di dunia. Sebanyak 10,1 persen limbah plastik yang tidak dikelola berasal dari Indonesia. Data Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta di tahun 2019 menunjukkan sampah DKI Jakarta dalam satu hari bisa mencapai 7500 ton, 14 persen dari jumlah tersebut atau sekitar 1000 ton, merupakan sampah plastik yang didominasi oleh plastik sekali pakai.
Sejauh ini keterlibatan masyarakat dalam mengurangi pemakaian dan mendaur ulang plastik masih sangat minim. Biasanya plastik dibakar untuk memusnahkannya dari pandangan. Padahal, jika membakaran plastik tidak sempurna (di bawah 800oC) dapat membentuk dioksin, yaitu senyawa yang dapat memicu kanker, hepatitis, pembengkakan hati dan gangguan system saraf.Tujuan dari program pengabdian masyarakat kali ini adalah untuk memberikan pelatihan dan pendampingan kepada sosialisasi di RT 01/ RW 02, Kelurahan Trimulyo, Kecamatan Genuk, Kota Semarang untuk menggunakan sampah plastik dan botol plastik menjadi ecobricks. Tujuan dari program ini agar dapat mengurangi limbah plastik sehingga sampah plastik tidak langsung berujung di tong sampah.
Pelaksanaan Sosialisasi Pembuatan Eco-Bricks dari Sampah Plastik kepada masyarakat ini dimulai pada pertengahan bulan Oktober 2020. Program ini ditujukan kepada masyarakat yang terdiri dari Ibu-Ibu Rumah Tangga dan anak remaja di RT 01/ RW 02, Kelurahan Trimulyo, Kecamatan Genuk, Kota Semarang. Pembuatan eco bricks dimulai dari pengumpulan botol-botol air mineral yang memiliki ukuran dan bentuk yang sama. Kemudian pengumpulan sampah plastik rumah tangga seperti bungkus kemasan makanan ringan, minuman instan, kantong plastik. Untuk sampah seperti kertas atau kardus tidak disarankan, karena bahannya yang mudah sobek dan mudah terurai dapat mempengaruhi kualitas ecobrick sendiri. Langkah dalam pembuatan Eco brick adalah sebagai berikut:
- Siapkan sampah plasstik kering dan bersih, botol plastic yang sudah tidak dipakai dan tongkat untuk memadatkan
- Sampah dipotong-potong kecil, kemudian masukkan sampah plastik ke dalam botol
- Padatkan dengan tongkat sedikit demi sedikit hingga penuh dan padat.
Untuk menghasilkan ecobrick yang berkualitas berat ecobrick harus mecapai standart yang ditentukan. Umumnya untuk  botol ukuran 600 ml beratnya 240 gram. Sedangkan botol ukuran 1,5 liter memiliki berat 600 gram.
Hasil Pembuatan Ecobrick
Ecobrick yang telah dibuat dikumpulkan, kemudian disusun dan dirakit sehingga dapat membentuk perabot rumah yang bermanfaat. Mulai dari bentuk kursi, meja, sofa atau bahkan sebagai pengganti batu bata untuk membangun sebuah dinding rumah yang pastinya ramah lingkungan. Â Bagaimana tidak, satu ecobrick yang berkualitas tinggi dapat memuat ratusan sampah plastik. Jika untuk membuat kursi duduk saja memerlukan ecobrick sejumlah 12 hingga 15 buah. Ini berarti, dengan satu kursi saja masyarakat dapat menyelamatkan bumi dari ribuan sampah plastik.