Omong-omong film horor-thriller berjudul "Tarian Lengger Maut" sedang banyak dibicarakan belakangan ini. Film ini bakal tayang serentak 13 Mei mendatang. Nah, untuk sutradaranya sendiri ternyata orang lama di dunia perfilman, tapi pendatang baru di kancah perfilman layar lebar. Ia adalah Yongki Ongestu.
Berikut hasil wawancara tertulis bersama dengan Yongki. Ia dengan gesit menjawab pertanyaan-pertanyaan yang aku titipkan ke tim media dan promosi. Ini dia hasilnya.
Awalnya Yongki lebih dulu terjun ke dunia fotografi. Ia menyukai bahasa gambar. Kemudian pada tahun 2011, ia mulai menggeluti bidang sinematografi, karena baginya gambar bergerak dapat menceritakan lebih banyak hal.
Tahun ini menandainya untuk mulai serius bergelut di dunia perfilman. Ia dari dulu juga menyukai sinema. Film-film karya Stanley Kubrick seperti "The Shining" dan "Space Oddysey" adalah favoritnya sepanjang jaman
Ia kemudian mendirikan Aenigma Pictures pada tahun 2012, yang di antaranya memproduksi video klip, iklan produk (TVC), animasi, dan juga film pendek. Film pendek yang pernah dibesutnya adalah "End of Black Era: The Incident" pada tahun 2017. Film fantasi ini berdurasi 12 menit. Ia banyak dipuji berkat kostum dan visualnya yang apik.
Kesempatan sebagai sutradara film layar lebar kemudian tiba. Dalam sebuah perjalanan, ia bertemu teman-teman kreatif Banyumas yang bercerita tentang budaya Lengger.
Kisah tentang penari Lengger ini menggerakkannya. Ia memang kagum akan seni tradisi dan ingin mengangkat muatan lokal dalam film-filmnya. Dengan menjadi sutradara, maka ia akan bisa mewujudkan mimpinya ini, membawa kesenian Lengger ke dalam sebuah film layar lebar.
Memang jika menilik usianya yang memasuki usia 39 tahun pada tahun 2018, Â ia merasa 'agak' terlambat memulai karier sebagai sutradara film layar lebar. Tapi lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali, bukan?!
Dan gayung pun bersambut. Aenigma kemudian berkolaborasi dengan Visinema Pictures. Della Dartyan dan Refal Hady juga siap sebagai pemerannya. Sementara para pekerja kreatif Banyumas tersebut kemudian menjadi 70 persen kru film ini.
Tantangan sebagai sutradara film layar lebar yang dialaminya adalah beban tanggung jawab yang lebih besar terhadap hasil karyanya ke tim dan juga ke penonton. Ia merasa begitu antusias akhirnya film ini akan tayang di bioskop. Karena pengalaman menyaksikan film ini baginya yang maksimal adalah menontonnya di bioskop, dengan layar lebar, kualitas gambar yang bagus dan dukungan suara. Ia penasaran akan komentar masyarakat nanti terhadap karyanya.