Sejarah bisa ditulis semaunya oleh pemenang. Lantas bagaimana dengan mitologi dan epos, apakah ada sisi lain dari kisah "Ramayana" yang terkenal? Jawabannya bisa ya karena ada beberapa cerita berbeda dari Ramayana, salah satunya yang digubah dalam bentuk puisi oleh Sapardi Djoko Damono dalam judul "Namaku Sita".
Sita dikenal juga dengan nama Sinta, Shinta, atau Dewi Shinta. Ia adalah istri dari Rama, yang dikenal sebagai perlambang kesetiaan istri kepada suaminya.
Dalam puisi modern yang gaya bahasanya seperti prosa, lugas dan tidak banyak memikirkan diksi dan rima ini, eyang Sapardi mengambil cerita dari tiga sudut pandang,sisi dari sosok pedalang, penonton, dan juga Sita.Â
Siapakah Sita di sini?
Di awal cerita Ki Dalang meminta para lelembut untuk tak mengganggunya selama bercerita. Karena cerita ini sungguh istimewa. Kemudian Sita bercerita tentang asal-usulnya. Namanya, Sita, memiliki makna galur. Galur adalah celah tanah basah atau celah panjang di sawah yang sedang dibajak. Sita juga bermakna perempuan.
Bayi Sita ditemukan oleh Prabu Janaka di galur ketika upacara kesuburan tanah. Mereka menyambutnya sebagai kiriman Dewata karena sang permaisuri pada saat itu belum dikaruniai momongan. Ia pun tumbuh besar sebagai puteri kerajaan, cantik dan menguasai segala ilmu dan tata krama kerajaan.
Tapi ada pula versi yang menyebutkan bukan raja yang menemukan bayi tersebut, melainkan petani biasa yang menemukannya di tanah yang sedang dibajak, lalu memberikannya sebagai upeti ke Prabu Janaka. Bayi tersebut sebenarnya adalah anak pertama pasangan Dasamuka dan Dewi Mandodari. Ia dibuang karena ia seorang perempuan dan diramalkan akan membawa malapetaka bagi sang Dasamuka.
Lalu hadirlah pangeran tampan dari Ayodya bernama Rama. Ia sungguh pemberani dan perkasa. Ia mampu mengangkat gendewa lalu mematahkannya. Dengan demikian ialah pemenang sayembara. Sita wajib mengikutinya sebagai hadiah sayembara dan sebagai istrinya.
Dan di hutanlah kemudian ia mengembara. Bersama suaminya, Rama dan adik iparnya, Laksmana. Lalu ia memenuhi takdirnya dengan adanya peristiwa penculikan. Si ayahanda jatuh cinta kepada puteri yang dibuangnya.
Cerita Berbeda Tentang Rama dan Sinta
Dalam bazaar daring dalam rangka hari buku lalu aku menemukan buku karya Sapardi Djoko Damono ini. Aku tak membaca sinopsisnya dan tak punya ekspektasi apa-apa tentang buku ini ketika memutuskan membelinya.
Rupanya ia bercerita tentang "Ramayana", dalam rupa puisi panjang. Puisi yang nonkonvensional. Ia tidak terikat dalam bentuk bait dengan jumlah baris yang seragam. Ia tak mempertimbangkan diksi, bahasanya lugas dan juga tak terikat rima. Ia seperti prosa dalam bentuk bait yang jumlah barisnya perbait bervariasi.