Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ketika Si Nero Sakit dan Bayi Kucing Telantar

5 Mei 2020   21:21 Diperbarui: 5 Mei 2020   21:17 909
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Si Mungil bersedia menyusui satu bayi kucing yang bukan anaknya (dokpri)


Momen tersulitmu selama Ramadan itu apa? Wah apa ya, nasi goreng keasinan buat sahur pernah, bangun bablas Imsa' juga pernah sehingga tak sahur. Tapi menurutku kedua hal tersebut masih wajar. Yang paling sulit bagiku itu jika menyangkut dunia perkucingan. Nero, kucing paling senior di rumah, saat ini sakit dan kemudian ada bayi-bayi kucing telantar.

Jika menyebut nama Nero, aku merasa sedih. Kucing oren ini sudah berusia lima tahun enam bulan. Sekitar 38-40 tahun dalam usia kucing. Ia kucing jantan yang lebih suka tidur di luar rumah, meliarkan diri. Ia kucing setengah liar. Nero tak bisa berdiam di rumah seharian.

Beberapa waktu lalu kaki Nero bermasalah. Kakinya nampak lunglai di bagian belakang. Kadang-kadang ia langsung jatuh sempoyongan, tak bisa menahan tubuhnya.

Saat-saat ia jatuh aku merasa ikut merasa sakit. Kupegang badannya ketika ia makan agar ia tak terjatuh. Kuletakkan makanan di dekatnya agar ia mudah meraihnya.

Meski badannya sudah lemah ia masih saja ingin berpetualang. Kututup jendela rapat-rapat. Ia masih saja berupaya untuk kabur dan berkeliaran di jalan.

Si Nero yang sakit dan induk kucing yang jahat (dokpri)
Si Nero yang sakit dan induk kucing yang jahat (dokpri)

Karena tak kuasa melihat Nero kesakitan, aku membawanya ke klinik hewan minggu lalu. Oh meski ia kesakitan ia tetap garang. Aku susah payah memasukkannya ke dalam kandang. Dokter hewan dan asistennya juga nampak was-was memeriksanya. Si Nero tetap berusaha melawan ketika hendak diperiksa kondisi tubuhnya.

Dan si dokter akhirnya menyerah. Dokter hewan juga manusia. Mereka bukan pawang hewan. Nero sakit-sakit begitu masih galak. Ia tak jadi diberi obat, hanya obat cacing. Kakinya malah batal diperiksa.

Setiba di rumah ia langsung kabur, cepat menghilang Karena ia kabur-kaburan maka aku susah memberinya obat. Kondisi si Nero masih menyedihkan. Ia memang sudah bisa jalan tapi matanya nampak kosong dan lelah. Ayolah Nero beristirahatlan di rumah.

Satu lagi ujian adalah bayi kucing. Si Mungil melahirkan. Anaknya empat. Aku merasa was-was. Bagaimana nanti jika mereka sudah besar. Rumahku jadi seperti penampungan hewan.

Bayi kucing itu buta. Si Mungil menyusuinya dengan sabar. Ia dulu anak kucing nakal lincah tapi kemudian menjadi ibu kucing yang penyayang.

Beda sehari dengan si Mungil ada induk kucing yang melahirkan. Ia memaksa ingin masuk rumah tapi tak kuperbolehkan. Ketika anak-anaknya sudah lahir ia kembali seperti kebiasaannya. Bayi-bayi kucingnya ditelantarkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun