Mohon tunggu...
dewangga putra
dewangga putra Mohon Tunggu... Guru - Seorang pengajar yang menikmati proses belajar sepanjang hayatnya.

Seorang guru dan pengajar bahasa.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Batman dan Super Pippo, Sang Mortal di Antara Para Immortal

15 Juni 2020   11:52 Diperbarui: 16 Juni 2020   11:55 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: ftb90.com
Sumber: ftb90.com

Namun pentas yang digelar pada tanggal 23 Mei 2007 di Stadion Olimpiade Athena ini bukanlah milik Steven Gerrard atau Ricardo Kaka. Kali ini, Filippo Inzaghi yang menjadi protagonis utama dalam gelaran final Champions League ini. Super Pippo mencetak dua gol yang sangat Inzaghi sekali: oportunis, melewati jebakan offside, dan bola seakan mendatanginya.

Striker macam Inzaghi ini sudah jarang ditemui pada era sepak bola modern. Penyerang modern yang diminati oleh klub-klub besar di Eropa adalah tipe striker yang bisa menjemput dan membawa bola, tidak hanya sekedar menunggu di area 16 meter lawan.

Memulai karirnya di Piacenza dan memulai debut sebagai pemain profesional di tahun 1991, performa Inzaghi tidaklah istimewa sehingga seringkali dipinjamkan ke beberapa klub. Masa keemasan Super Pippo dimulai sejak musim 1996/1997 dimana dia mencetak 24 gol untuk Atalanta yang menjadikannya top skor Serie A pada musim itu. Karirnya terus menanjak bersama Juventus, namun kisah romantismenya hanya milik AC Milan, klub yang dia bela selama 11 tahun terakhir dalam karirnya.

Banyak yang berkata bahwa Inzaghi terlahir dengan bola. Karena mayoritas gol-gol yang dicetak oleh Inzaghi sepanjang karirnya merupakan gol yang “aneh”. Bola seakan menghampirinya di momen dan posisi yang tepat. Itulah mengapa Inzaghi dikenal sebagai striker yang pandai oportunis dan pandai melewati jebakan offside.

Hal ini dapat dibuktikan dari proses gol pertama Milan pada final Liga Champion 2007. Seharusnya yang masuk ke papan skor adalah nama Andrea Pirlo. Mendapatkan kesempatan melakukan tendangan bebas, Pirlo yang merupakan spesialis dalam melakukan tendangan bebas bersiap menendang bola ke gawang Pepe Reina. Alih-alih berhasil menceploskan bola ke gawang Liverpool, bola tendangan Pirlo mengenai punggung Inzaghi yang secara sengaja (atau tidak sengaja) membuka ruang di tengah pagar hidup Liverpool dan masuk ke gawang. Inzaghi-lah yang menjadi pencetak gol pertama untuk Milan, bukan Andrea Pirlo.

Sumber: ag1992blog.com
Sumber: ag1992blog.com

Jika Anda adalah seorang fans AC Milan dan kerap memainkannya di gim Pro Evolution Soccer, maka akan terlihat jelas ketimpangan statistik Inzaghi dengan Starting IX skuad Milan yang lain. Dari penjaga gawang sampai lini depan, Milan kala itu merupakan skuad yang mewah. Dihuni nama-nama macam Dida, Paolo Maldini, Alesandro Nesta, Andrea Pirlo, Clarence Seedorf sampai Kaka, Milan dihuni oleh para maestro di posisinya masing-masing. Rata-rata pemainnya memiliki rating di atas 85 untuk setiap atribut penting bagi posisinya masing-masing. Namun tidak demikian dengan statistik Inzaghi. Satu-satunya yang menjadi pembeda Inzaghi dengan para pemain Milan pada saat itu adalah atributnya untuk respons yang mencapai nilai 98. Sisanya, atribut penting untuk bisa menjadi striker kelas wahid milik Inzaghi hanya di kisaran 70-83 saja.

Bagaikan Batman dalam Justice League, Inzaghi hanyalah pesepak bola dengan kemampuan biasa saja yang berada di dalam tim bertabur bintang milik AC Milan. Inzaghi tidak punya dribel atau kemampuan istimewa dalam duel satu lawan satu. Namun Inzaghi banyak mencetak banyak gol penting dengan cara yang unik. Mencetak gol sambil terjatuh atau dengan tendangan yang teknik dan sudutnya aneh.

Tentunya apa yang dimiliki Inzaghi ini tidaklah sembarangan, bahkan kemampuan "unik" Super Pippo mendapatkan apresiasi dari penjaga gawang legendaris Jerman, Olver Kahn. “Pertanyaan itu selalu sulit dijawab. Aku pernah bermain melawan Ronaldo yang kecepatan, kualitas atletik, dan kemampuan mencetak gol dari bermacam situasi menjadikannya brilian. Aku juga pernah melawan Thierry Henry, seorang penyerang luar biasa: licin, elegan, dan amat sangat cerdik di depan gawang. Namun penyerang yang paling tidak ingin aku lawan adalah Inzaghi.” ujar Oliver Kahn ketika ditanya siapa penyerang yang paling menyulitkan dirinya.

Inzaghi memang berbeda. Inzaghi merupakan sosok penyerang dengan skill fox in the box terakhir yang ada di dunia persepakbolaan dunia. Dari Inzaghi kita dapat belajar bahwa terkadang kita tidak perlu untuk selalu terlihat spektakuler di sepanjang laga untuk menjadi seorang pembeda. Inzaghi adalah sosok yang tidak tersorot selama 70 atau 80 menit pertandingan, namun dapat membuat pertandingan berakhir 1-0 atau 2-0 dengan namanya tercatat di papan skor. Hal ini selaras dengan capaian Inzaghi sebagai pemain yang paling sering mencetak hattrick untuk AC Milan, sebanyak 10 kali di Serie A dan 3 kali di Liga Champion dan salah satu pencetak gol terbanyak sepanjang sejarah kompetisi Eropa sebanyak 70 gol.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun