Mohon tunggu...
FACIUS CHANGE
FACIUS CHANGE Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalwan

Facius Change from yourself Baca Komik Badminton Filsafat Baca Buku

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Bertahan di Atas Segala Percobaan (Ayub 42:10-13 )

14 November 2022   22:30 Diperbarui: 13 Januari 2023   14:52 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                                                                                                     Oleh: Boni Fasius Sihombing

Hidup itu adalah sesuatu yang paling utama untuk disyukuri, walaupun dalam hidup akan ada sebuah percobaan yang sering sekali datang dan pergi. Hal ini akan menjadi suatu hal yang memiliki tujuan untuk menguatkan manusia, ketika sebuah zaman dipertunjukan dengan sebuah bencana dan percobaan, terlebih yang sedang terjadi dimasa sekarang ini, yang telah dialami oleh saudara-saudara kita, mereka sedang bertahan atas bencana gempa yang terjadi di Tapanuli Utara, sepertinya ini akan menimbulkan banyak persepsi. 

Bagaimana manusia memahami ini sebagai sebuah percobaan yang merugikan atau sebuah peringatan, adanya presepsi ini mungkin saja akan menimbulkan banyaknya kecendurngan manusia yang tidak mampu untuk bertahan, bahkan mungkin saja menyalahkan Tuhan atas percobaan ini, sehingga siapakah yang sebenarnya bersalah di sini? Manusia ataukah Tuhan. Dalam keadaan seperti inilah, orang percaya seharusnya dapat  menunjukan dan meneguhkan akan apa itu sebuah perjuangan di atas percobaan.

Kita dapat mengambil langsung pada sebuah kitab Ayub 42:10-13, yang mengajarkan, bagaimana Allah yang memulihkan bahkan membangkitkan Ayub, dibalik keadaan pilu dan dan percobaan  yang sedang ia hadapi. Pada ayat yang pertama (42:10),  kItab ini memberikan akan sebuah gambaran sebuah kata "Doa" sebagai bentuk cara yang unik di mana, gambaran kata ini seakan-akan mengajak kepada sebuah perlindungan dengan cara berdoa, secara umum memang doa dikaitkan sebagai kata (Tefilah) dalam bahasa ibrani, yang berarti juga sebagai bentuk doa, doa seharusnya menjadi cara dalam masa memahami berbagai hal, sebagai bentuk akan persembahan diri dan menerima akan sebuah peristiwa yang telah diberikan, karena tidak semua yang baik itu indah dan juga belum tentu yang tidak baik itu juga indah. Kata doa di sini merujuk pada sebuah permintaan (bnd. 1 Raja-Raja 8:22-25).

Pada ayat yang ke-dua (42:11), adanya pengambaran akan kata yang "berdukacita", pada pengambaran ini, seakan-akan mengambarkan bahwa percobaan Ayub ialah sebuah kejadian yang bersifat berdukacita, ini digambarkann melalui sebuah peristiwa penderitaan yang diterimanya atas sebuah percobaan yang telah diterima Ayub. 

Tetapi pada ayat ini adanya sebuah hal yang unik. Di mana saudara-saudara dan orang-orang yang telah mengenal Ayub kembali kepadanya dan memberikan ia sebuah uang satu kesita dan sebuah cincin, pada zaman itu uang, sebagai bentuk akan sebuah rasa empati kepada Ayub. Hal ini meberikan sebuah dorogan bahwa didalam percobaan akan terus ada manusia yang akan peduli, dan selalu membantu (Bnd. Yak. 1:12), manusia itu bukan sebagai mahluk individu karena Tuhan sendiri demikian tidak akan membiarkan umatnya menderita. 

Pada ayat  yang ke-tiga (42:12), di sini Allah ingin memperlihatkan akan kuasanya di mana adanya sebuah berkat yang digambarkan, dengan sebuah pengembalian dengan harta dan kembalinya ternak yang  pernah sempat diraup di masa jayanya. Gambaran ini seolah-olah inggin menunjukan bahwa Allah merupakan sebuah identitas yang selalu memperhatikan umatnya, akan penderitaan, percobaan yang telah dijalani umatnya dan dia mampu bertahan. Berkatnya digambarkan sebagai bentuk dikembalikanya segala ternak yang pernah ia punya.

Pada ayat yang ke-empat  (42:13), tujuh anak laki dan tiga orang anak perempuan juga merupakan sebagai bentuk berkat, yang telah dikembalikan Allah, pemikiran mengenai hal ini juga mendukung sebuah presespsi mengenai, bagaimana Allah menjadikan semua hal yang dahulu pernah hilang dihadapan Ayub telah dikembalikan oleh Allah (Bnd.Yes. 40:3 dan Kel. 22:3-9), kembalinya anak Ayub pada zaman sesudah penderitaan, kemudian sebagai seseorang yang paling istimewa, dalam arti (tertampan dan tercantik),  hal inilah yang membuat ia sangat mempercayakan sebuah pusaka (hartanya) kepada anaknya wanita adaya juga "pemulihan keadaan" pada dasarnya ini terdengar seperti  nada Ibrani membebaskan Ayub dari penindasan (Seperti ia membebaskan Israel dari pembuanganya, Yer:28:14,30:12).

Jika melihat dari gambaran ini, maka akan terlihat bagimana ayat Ayub 42:10-13, seolah-olah ingin menunjukan bahwa manusia dengan mengunakan doa, dapat menjadi cara manusia dalam  mendekatkan dirinya kepada Tuhan, yang kemudian inilah yang menjadi relasi penciptanya, memulihkan hambanya dibalik banyaknya dukacita yang telah ia alami, walaupun demikian dengan kembalinya saudara-saudaanya, ada sebuah pesan yang tersirat di sini bahwasan Allah ingin menghibur Ayub dengan mendatangkan teman dan saudaranya untuk memberikan keteguhan kepadanya, menjadi peneguhan dalam perjuangan Ayub melawan semua percobaan, membuat sebuah tindakan nyata bahwa Ayub merupakan orang yang sanggat mampu sekali dalam bertahan dalam sebuah percobaan yang ia alami. Hal inilah yang  membuat  penulis memahami bahwa: Allah memberikan sebuah doa, menjadi cara menghadapi dukacita, sebagai upaya dalam meneguhkan tiap diri manusia dalam menghadapi segala percobaan dengan doa yang menghasilkan berkat.

Jika kita lihat di masa sekarang telah banyak percobaan yang akhir-akhir ini, telah kita hadapi terlebih kepada saudara-saudara kita yang telah menghadapi banyak perkara percobaan atas bencana gempa yang melanda di Tapanuli utara dengan kekuatan Magnitudo 5,0, yang telah mereka hadapi, kita sebagai umat percaya pastinya harus mendoakan mereka di balik dukacita mereka, agar kiranya Tuhan memberikan sebuah berkat, di balik usaha mereka yang sedang bertahan dibalik percobaan yang sedang mereka hadapi sekarang, penulis memahami konsep doa ini memang telah diberikan kepada setiap manusia untuk sebagai cara kita mendekatkan diri kepada Tuhan Allah, bahwa dalam sebuah percobaan manusia dapat menunjukan dirinya mampu untuk bertahan dibalik pendertiaan dan percobaan. Tuhan tidak menjauh tapi ingin melihat anaknya semakin taat padanya. Kiranya tulisan sederhana ini dapat menjadi sebuah penguat, penyemangat, kepada korban yang sedang berjuang di  masa percobaanya terutama di Tapanuli Utara.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Video Pilihan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun