Budaya didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan, pengalaman, keyakinan/kepercayaan, nilai-nilai, sikap, makna, hierarki, agama, konsepsi waktu, peran, jarak, hubungan, konsep-konsep umum, objek material dan milik dari sekelompok orang yang diturunkan dari generasi ke generasi melalui individu dan kelompok (Samovar, Porter, & McDaniel, 2015). Berbeda budaya berarti berbeda dalam menyampaikan ide, gagasan, dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Berbeda budaya berarti  berbeda dalam strategi komunikasi. Seorang yang hanya mengerti bahasa daerah tidak akan mengerti bila menerima pesan dalam bahasa Indonesia.
Siapapun yang datang dari suatu negara atau daerah sudah pasti tidak akan terlepas dari budaya di mana ia lahir dan dibesarkan. Dengan kemelekatan budaya di dalam dirinya, ia harus berbagi ruang dengan orang dari budaya yang berbeda. Tidak jarang pertukaran budaya menyebabkan konflik. Akan tetapi, konflik dapat diatasi dengan sebuah kesadaran bahwa setiap orang harus bisa memahami budaya orang lain yang berbeda dengan budayanya sendiri. Pemahaman tentang keberagaman budaya dalam berinteraksi dengan orang lain dapat dicapai dengan mempelajari komunikasi antar budaya. Menurut Gudykuns (dalam Suryani, 2013, h.6), komunikasi antar budaya merupakan komunikasi yang melibatkan orang-orang dari budaya yang berbeda.
Saat melakukan komunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya, dibutuhkan pemahaman yang lebih menyeluruh. Pemahaman tersebut dapat diwujudkan dengan mempelajari budaya orang lain. Dengan mempelajari berbagai hal tentang budaya orang lain, maka tercipta kesamaan makna dalam berkomunikasi. Dua orang yang berkomunikasi dengan tidak ada pengetahuan satu sama lain, dengan dua orang yang memiliki pengetahuan tentang budaya orang yang diajak berbicara tentu akan berbeda. Semakin sama pengetahuan budaya antar satu sama lain, maka kesamaan makna yang tercipta juga semakin besar, sehingga keefektifan komunikasi antar budaya dapat tercapai.
Pentingnya mempelajari komunikasi antar budaya dapat dilihat dari kisah nyata yang disampaikan oleh Mitchell (dalam Luthfia, 2014, h. 13) tentang masalah bisnis serius yang dialami oleh Disneyland. Setelah membuka Disneyland di Jepang dan meraih kesuksesan besar, Disneyland memutuskan untuk membuat taman bermain ini di Prancis. Karena keberhasilan di Jepang yang tentu memiliki budaya berbeda, Disneyland tidak mengubah sistem di Jepang  untuk disesuaikan dengan orang Eropa. Masalah bermula sejak pembelian lahan pertanian utama seluas 1.950 hektar yang dibeli dengan harga di bawah harga pasar. Kemarahan muncul dari para keluarga petani Prancis yang telah lama mengelola tanah tersebut. Pengusaha Amerika dicela dengan tulisan-tulisan yang penuh kemarahan, berisi bahwa Disneyland telah mengabaikan ikatan petani Prancis beserta tanah leluhurnya.
Selanjutnya, masyarakat Prancis semakin tersinggung dengan langkah Disneyland yang menggunakan pengacara untuk bernegosiasi. Pengacara merupakan alat negosiasi terakhir di Prancis. Keputusan Disneyland untuk menggunakan pengacara memperlihatkan ketidakpercayaan dan penolakan terhadap cara Prancis. Negosiasi seharusnya cukup dilakukan oleh para petinggi Disneyland saja. Keadaan semakin rumit karena Disneyland menunjukkan sikap ketidakpedulian terhadap kultur Eropa dan norma kerja Prancis. Para karyawan dituntut untuk berpenampilan gaya Amerika. Staf dan serikat buruh pun menuntut model pakaian sehari-hari Prancis. Ketidakpekaan Disneyland terhadap budaya Prancis ini menghabiskan uang dan goodwill yang begitu besar.
Peristiwa di atas menunjukkan pentingnya memahami dan mengenali perbedaan dari setiap budaya. Seseorang akan lebih terbuka menerima perbedaan yang ada dan membuka diri untuk mempelajari perbedaan yang ada, apabila memiliki pemahaman bahwa keanekaragaman budaya itu sangat luas dan menakjubkan. Dengan adanya komunikasi antar budaya yang benar sesuai pada hakikatnya, maka kesalahpahaman dapat dihindari serta kehidupan yang akur dengan budaya lainnya dapat tercipta.
DAFTAR PUSTAKA
Luthfia, A. (2014). Pentingnya kesadaran antarbudaya dan kompetensi komunikasi antarbudaya dalam dunia kerja global. Jurnal Humaniora, 5(1), 9-  22.
Samovar, L. A., Porter, R. E., McDaniel, E. R., & Roy, C. S. (2017). Communication between cultures (9th edition). Boston: Cengage Learning.
Suryani, W. (2013). Komunikasi antarbudaya: Berbagi budaya berbagi makna. Jurnal Farabi, 10(1), 1-14.