Mohon tunggu...
Devioca Amaly
Devioca Amaly Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Tertarik pada keuangan dan pengembangan diri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Childfree, Egoiskah?

4 Juli 2022   21:35 Diperbarui: 4 Juli 2022   21:53 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Akhir-akhir ini, istilah childfree banyak terdengar di Indonesia. Childfree merujuk kepada keputusan seorang individu atau pasangan untuk tidak memiliki anak atau keturunan. 

Keputusan childfree merupakan keputusan yang memerlukan pemikiran matang, karena bukanlah perkara kecil dan membutuhkan persetujuan kedua belah pihak. Keputusan untuk memilih childfree dapat dilatarbelakangi oleh berbagai hal, contohnya efek lingkungan, kesehatan, ketidaksanggupan mental, fisik, finansial, atau lain sebagainya. 

Beberapa masyarakat masih berpikir bahwa keputusan untuk hidup childfree bersifat tabu dan didasari oleh keegoisan semata. Namun, pasangan yang memilih childfree justru sangat memikirkan nasib dan masa depan sang anak kelak.

Orang tua memiliki tanggung jawab seumur hidup terhadap anaknya. Oleh karena itu, keputusan untuk memiliki dan merawat seorang anak merupakan beban yang berat. 

Ditambah lagi, orang tua juga memiliki kewajiban yang mesti dipenuhi dalam proses membesarkan anak, seperti mengasihi, melindungi, mendidik, dan lain sebagainya. Tidak lupa memberikan kasih sayang dan sediakan kebutuhan untuk anak ke depannya. Hal ini sama sekali tidak mudah dan membutuhkan peran serta kontribusi dari kedua orang tua.

Berikut merupakan beberapa hal yang dapat menjadi pertimbangan oleh pasangan sebelum memutuskan untuk hidup childfree ataupun memiliki anak:

Kondisi Mental

Sebelum memiliki anak orang tua harus memelajari ilmu parenting dan menyiapkan mental sebaik mungkin. Banyak rintangan yang akan menghadang ketika membesarkan seorang anak, apalagi jika selanjutnya memutuskan untuk menambah atau memiliki lebih dari satu anak. Walaupun orang tua mulai terbiasa dalam merawat anak, keadaan dan karakter setiap anak tentunya berbeda dan tidak dapat disamakan. 

Orang tua mesti memahami pula bahwa waktu berduaan akan berkurang jika memiliki anak. Kekurangan perhatian antar pasangan yang ditambah dengan kelelahan merawat anak yang menguras waktu dan tenaga dapat menimbulkan konflik.

Betulkan mindset buruk dan ubah menjadi lebih positif. Pasangan harus memiliki alasan kuat sebelum memutuskan untuk hidup childfree ataupun memiliki anak. 

Untuk membesarkan anak membutuhkan kesabaran, perhatian, dan dana yang besar. Jangan alihkan tugas merawat anak hanya kepada sang ibu atau sang ayah saja, tetapi harus membagi tugas secara adil sehingga dapat tersinergi dengan baik. Jangan lupa juga untuk membangun ikatan yang harmonis dengan sang anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun