Mohon tunggu...
Devina Tsabitah
Devina Tsabitah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

KKM 197 UIN Malang 2023

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pluralisme dengan Mengenal Agama Lain

11 Maret 2021   23:45 Diperbarui: 11 Maret 2021   23:53 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia dengan beragam suku, budaya, serta kepercayaannya pun telah meyakini akan persatuan yang mereka ciptakan berdasakan keberagaman. Melalui semboyan Bhineka Tunggal Ika pula dapat tercermin harapan bangsa untuk menjadi negara yang bersatu sekalipun perbedaan tak akan pernah luntur. Sebagai negara kepulauan terbesar, tak diherankan jika budaya dan kepercayaan yang tercipta pun beragam. Setidaknya ada 6 agama yang diyakini sekaligus diakui di Indonesia. Mulai dari agama islam, protestan, katholik, hindu, buddha, hingga konghucu.

Meskipun Indonesia telah dinobatkan sebagai negara muslim terbesar di dunia, tetapi bukan berarti tidak ada nya agama lain yang berdampingan dengan mereka. Survei yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik di Indonesia, data penduduk Indonesia pada 2020 mencapai 270.20 juta penduduk. Selanjutnya menurut data yang diambil dari website resmi Indonesia, menyatakan bahwa terdapat 87.2% beragama Islam, lalu 6.9% beragama Protestan, 2.9% Katolik, 1.7% beragama Hindu, 0.7% Buddha, serta Konghucu dengan presentase 0.05%.

Setidaknya di setiap daerah Indonesia tersebar berbagai macam agama mulai dari kelompok mayoritas hingga minoritas. Hidup berdampingan satu sama lain sebagai bangsa Indonesia. Tak terkecuali dengan salah satu kota di Jawa Timur, Kota Malang sebagai salah satu kota besar di provinsinya ini tentu saja memiliki keberagaman yang cukup kental. Menurut data dari Badan Pusat Statistik pada tahyn 2019, didapati bahwa sekitar  833.858 penduduk yang beragama Islam, selanjutnya agama Protestan dengan presentase 52.466 penduduk, Katoluk dengan 34.512, Hindu 1.492, Buddha 4.730, serta Konghucu 164 penduduk.

Kota Malang dapat dikatakan sebagai salah satu kota besar di Jawa Timur sekaligus Kota pendidikan, tak mengherankan jika terdapat beragam budaya serta kepercayaan yang dimiliki oleh masyarakatnya. Salah satu penganut agama Protestan di Kota Malang yang sempat diwawancarai oleh penulis ini berkediaman di Kecamatan Blimbing, lebih tepatnya di Kelurahan Pandanwangi. Kebetulan seorang narasumber yang diwawancarai itu merupakan tetangga dari penulis artikel ini sendiri. Penulis pun bertujuan dengan wawancara ini setidaknya dapat membuka wawasan serta sudut pandang yang berbeda selain dari agama Islam yang dianut oleh si penulis.

Ibu Indah yang merupakan ibu rumah tangga dengan anak tiga ini menganut agama Protestan. Suaminya sendiri adalah guru agama Kristen pada Sekolah Menengah pertama  di Kab. Tambrauw Provinsi Papua Barat. Beliau menceritakan mengenai berbagai macam hal mengenai peribadatan yang ada di agamanya. Ada beberapa ibadah yang dilakukan oleh umat Kristen Protestan, mulai dari sekolah minggu(ibadah dikhususkan buat anak-anak sampai Remaja atau diklasifikasi dengan jenjang usia),ibadah Persekutuan Kaum Bapak & Ibadah Persekutuan Wanita, ibadah  Komsel. Ibadah yang dilakukan sendiri ada yang dilakukan per wilayah ataupun per sektor. Selama masa Pandemik seluruh ibadah dilakukan secara online & pada ibadah minggu ada juga secara offline namun namu  dibatasi jumlahnya mengingat protokol kesehatan.

Gereja di Agama Kristen Protestan ada Gereja Presbiterial (Gereja Protestan Indonesia Barat, Gereja Kristen Jawi Wetan, Gereja Kristen Indonesia), Gereja aliran Pertobatan atau Pantekosta & juga Gereja aliran Adventus atau Advent). Menurut yang dituturkan oleh narasumber sendiri gereja-gereja tersebut juga memiliki beberapa perbedaan dalam tatacara ibadahnya (liturginya). Misalnya saja pada Gereja pertobatan atau Pantekosta dalam ibadahnya biasanya lebih ramai karena nyanyian dikumandangkan dengan bertepuk tangan dan diiringi dengan musik lengkap, dibandingkan dengan aliran Presbiterial  seperti GPIB, GKJW serta GKI yg ibadah lebih sakral dengan hanya diiringi oleh Piano.

Hari raya umat Kristen Protestan sendiri ada hari raya Natal dan Paskah. Natal adalah hari raya yang diperingati oleh umat Kristen pada setiap tahun di 25 Desember. Hari raya natal ini diperingati dalam rangka kelahiran Yesus Kristus. Natal dirayakan dalam kebaktian malam pada tanggal 24 Desember; dan kebaktian pagi tanggal 25 Desember. Sedangkan pada hari raya Paskah yang dirayakan oleh umat Kristen ini diperingati sebagai hari kebangkitan Yesus Kristus. Terdapat pula hari sebelum minggu paskah yang dinamakan dengan Jumat Agung, yang mana Jumat Agung sendiri ini merupakan hari kematian Yesus Kristus.

Ibadah umat Kristen sendiri pada masa pandemi memang menjadi terbatas. Ibadah dilakukan secara online, meskipun masih terdapat ibadah yang dilakukan secara offline. Tetapi jika ingin beribadah langsung di gereja, harus melalui pendaftaran terlebih dahulu. Karena jumlah dan kuota yang dibatasi, diterapkan pula jaga jarak serta protokol kesehatan lainnya. Jika melalui online, ibadah biasa dilakukan melalui youtube. Tetapi untuk beberapa ibadah seperti ibadah keluarga, ataupun ibadah dalam mempelajari bibble, ibadah dikakukan melalui fitur atau aplikasi video call seperti zoom, atau google meet.

Melalui wawancara singkat yang dilakukan oleh penulis kepada salah satu penganut agama non islam tersebut dapat dimengerti bahwa tidak ada salahnya pula jika ingin mengetahui tentang agama-agama lain. Bentuk toleransi bermacam-macam, sebagai bangsa Indonesia toleransi antar umat beragama harus tetap dijaga. Sebagai salah satu simbol dan semboyan bangsa yang harus dilestarikan, sebagai bangsa Indonesia harus menjaga kerukunan dalam keberagaman. Semoga segala ibadah pada masa pandemi ini dapat berjalan dengan lancar. Sekalipun harus melalui atau dengan perangkat daring. Semoga umat beragama di Indonesia dapat saling menguatkan di masa pandemi ini.

Bhineka Tunggal Ika" bukan hanya sekedar semboyan dengan arti berbeda-beda tetapi teta satu jua. Lebih dari itu, semboyan ini juga menunjukkan semangat bangsa Indonesia untuk bersatu, merasa sebangsa dan se-tanah air. Semboyan bangsa Indonesia juga menjadi satu ciri khas bangsa yang bisa jadi tak akan dimiliki oleh negara-negara lain. Kebhineka-an seharusnya memang menjadi langkah nafas bangsa Indonesia,

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun