Mohon tunggu...
Devita Galuh
Devita Galuh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kenali Marah dan Cara Mengendalikannya

21 Juni 2021   16:31 Diperbarui: 21 Juni 2021   16:40 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Allah menciptakan manusia dan memberinya emosi psikologis yang berbeda-beda seperti cinta, kebencian, ketakutan, kemarahan, dll. Setiap manusia merasakan emosi tersebut dalam dirinya sesuai dengan kondisi dan keadaan. Dengan demikian, dia suka atau tidak suka, menjadi takut atau marah dalam situasi dan kondisi tertentu.

Emosi dimulai di dalam dua struktur otak berbentuk almond yang disebut amigdala. Amigdala adalah bagian otak yang bertanggung jawab untuk mengidentifikasi ancaman dan mengirimkan peringatan ketika ancaman teridentifikasi yang membuat manusia mengambil langkah untuk melindungi diri sendiri

Salah satu bentuk emosi adalah marah. Marah merupakan emosi yang ditandai dengan adanya perasaan tidak senang yang intens. Dalam kehidupan sehari-hari, akan selalu ada beberapa hal yang membuat manusia marah, contohnya ketika ada orang yang memotong antrian. Ketika merasa marah, ada banyak macam cara mengekspresikannya, seperti menangis, merenung, menarik napas dalam-dalam, atau berteriak.

Marah merupakan salah satu emosi primer yang dimiliki manusia. Menurut teori James-Large, manusia menerima stimuli sensorik yang menginduksi emosi yang diterima dan di interpretasikan oleh korteks. Interpretasi oleh korteks akan memicu perubahan pada organ-organ visceral melalui sistem saraf otonom dan pada otot-otot skeletal melalui sistem saraf somatik yang akhirnya memicu pengalaman emosi di otak. 

Pengalaman-pengalaman emosi ini akan memacu aktivitas dan perilaku otonom seperti detak jantung yang kuat (Pinel, 2018). Menurut model kubus emosi tiga dimensi Lovheim (dalam Pinel, 2018), kemarahan dihasilkan oleh kombinasi serotonin rendah, dopamine tinggi, dan noradrenalin yang tinggi.

Saat manusia marah, otot tubuh akan menegang. Di dalam otak terdapat bahan kimia neurotransmitter yang dikenal sebagai katekolamin yang ketika dilepaskan akan menyebabkan manusia mengalami ledakan energi yang berlangsung hingga beberapa menit. Ledakan energi ini yang sering kita sebut sebagai marah. 

Pada saat yang sama detak jantung, tekanan darah, dan laju pernapasan akan meningkat. Wajah manusia akan memerah karena peningkatan aliran darah yang memasuki anggota tubuh. 

Perhatian atau fokus manusia akan menyempit dan terkunci pada target kemarahan. Maka dapat dikatakan bahwa marah itu seperti mabuk. Dalam kedua kasus tersebut, manusia tidak tahu dan tidak sadar apa yang sedang dilakukannya, bisa saja ia menyakiti diri sendiri atau orang lain.

Dalam Islam dan sebagai mulim, manusia dianjurkan untuk menahan marah. Seperti yang tertera pada hadits di bawah ini:

: ( )

Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu berkata, seorang lelaki berkata kepada Nabi shallallahu'alaihi wa sallam, "Berilah aku wasiat." Beliau menjawab, "Janganlah engkau marah." Lelaki itu mengulang-ulang permintaannya, (namun) Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam (selalu) menjawab, "Janganlah engkau marah." (HR. Bukhari)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun