Mohon tunggu...
Devianti Dev
Devianti Dev Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswi

hi baru coba menulis opini, berikan komentar yang bijak dan membangun ya!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Si Baik" dan "Si Jahat": Dua Peran Influencer di Masa Pandemi Covid-19

27 Mei 2020   21:50 Diperbarui: 27 Mei 2020   21:58 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saat ini dunia sedang menghadapi wabah virus covid-19. Covid-19 merupaka penyakit yang disebabkan oleh coronavirus. Menurut WHO (World Health Organization) Coronavirus adalah suatu kelompok virus yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan dan manusia yang bisa menyebabkan infeksi pada saluran pernafasan. Kasus Covid-19 pertama kali ditemukan di Kota Wuhan, Tiongkok pada bulan Desember 2019.

Indonesia pertama kali mengkonfirmasi kasus covid-19 pada dua warga depok, Jawa Barat awal maret lalu. Kemudian Covid-19 dengan cepat menyebar ke seluruh wilayah Indonesia. hingga saat ini jumat (22/05/2020), menurut data sebaran covid-19 di Indonesia, dikutip dari laman resmi Covid-19 Indonesia tercatat sudah 20.162 kasus terinfeksi, 4.838 sembuh, dan 1.278 dinyatakan meninggal dunia akibat wabah ini.

Pemerintah melakukan berbagai cara dalam menanggulangi wabah ini termasuk bekerjasama dengan influencer muda Indonesia. Pada hari Jumat (20/3/2020), BNPB melakukan pertemuan dengan menggandeng para influencer dari berbagai bidang untuk berdiskusi mengenai wabah COVID-19 di Indonesia. 

Influencer menurut Hariyanti & Wirapraja adalah seseorang atau figur dalam media sosial yang memiliki jumlah pengikut yang banyak atau signifikan, dan hal yang mereka sampaikan dapat memengaruhi perilaku dari pengikutnya. Para influencer ini dianggap memiliki efek atau pengaruh terhadap masyarakat, khususnya generasi millennial.

Pada momen ini Influencer berperan sebagai " si baik" yang siap membantu pemerintah dan masyarakat. Mereka sibuk melakukan aktivitas yang dapat membantu dalam penanggulangan Covid-19. Selain menghibur penggemar dengan konten yang khas, influencer juga menunjukan kepedulian dan memperingatkan penggemarnya tentang virus corona. 

Bahkan influencer juga berhasil mengajak masyarakat untuk mengumpulkan donasi, dalam menangani virus berbahaya ini. Sayangnya tidak semua influencer berperan sebagai "si baik", sebaliknya bermunculan influencer yang berperan sebagai "si jahat" ditengah masa pandemi ini.

Influencer yang seharusnya membantu dalam menyebarkan informasi yang valid, malah mengunggah hasil eksperimennya ke media sosial hingga banyak mengundang kontroversi. Pasalnya informasi yang dibagikan berkaitan dengan kesehatan dan dapat membahayakan diri seseorang yang mengikutinya. 

Padahal bukankah influencer memiliki fasilitas yang lebih dari cukup untuk mencari informasi akurat sebelum menyebarkannya? mungkin pertanyaan inilah yang muncul saat melihat peristiwa ini terjadi. Kemudian pertanyaan inipun seakan lenyap dengan pernyataan "semua manusia bisa khilaf, dan berhak dimaafkan".

Influencer lain juga tak kalah "jahat"nya. Dikala Indonesia sedang bersedih, dan semua orang ingin keadaan segera pulih. Alih-alih menunjukan empati pada sesama, beberapa influencer malah melakukan tindakan yang mengundang kecaman. Membuat prank pemberian bantuan berisi sampah, hingga terang-terangan menyebut diri tak taat aturan pemerintah. 

Berita inipun menyebar luas, dan melukai banyak pihak. Adanya peristiwa ini mencerminkan bahwa influencer memang memiliki pengaruh yang besar, namun sayangnya tidak semua influencer berperan sebagai orang "baik" ditengah pandemi ini.

Tidak ada yang menuntut influencer untuk mengeluarkan dana pribadi dalam menyalurkan sumbangan, atau memaksa mengeluarkan tenaga dengan terjun ke lapangan. Kita sama-sama menyadari bahwa setiap individu memiliki hak dan tanggung jawab masing-masing, tak terkecuali influencer. Mereka memiliki hak dalam melakukan apapun yang mereka kehendaki, namun tetap dilandasi tanggung jawab dan empati. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun