Mohon tunggu...
Devi Wulansari
Devi Wulansari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jangan pernah berhenti belajar karena ilmu tidak pernah ada habisnya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Strategi Pertahanan Nuklir Korea Utara Terhadap Ancaman AS dan Korea Selatan

19 April 2022   14:40 Diperbarui: 19 April 2022   15:21 575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

North Korea Could Be Planning to Test a Nuclear Device.
Sumber: www.time.com

Perang Korea yang pernah terjadi pada tahun 1950-1953 dan berakhir dengan kebijakan gencatan senjata antara Korea Utara dan Korea Selatan belum bisa mencapai perdamaian. Pasalnya, hingga saat ini keduanya masih berkonflik. Perpanjangan konflik tersebut menyisakan berbagai masalah yang menjadi hambatan sulitnya untuk mencapai perdamaian. Tentunya, tak lepas dari campur tangan negara besar yaitu Amerika Serikat.

Keterlibatan AS dalam perang Korea memberikan dampak besar bagi Korut, dan disanalah awal permusuhan terjadi. Peristiwa ketika Angkatan Udara AS (USAF) menjatuhkan bom kepada Korut turut menambah dendam. Ledakan ini terbilang dasyat dengan kapasitas lebih banyak dari yang dijatuhkan AS pada Perang Dunia II di Pasifik dan termasuk 32.000 ton bom napalm. Serangan AS tersebut menjustifikasi Korut untuk menggambarkan betapa kejinya AS. Berbagai propaganda dibuat oleh Korea Utara untuk menciptakan sentimen negatif terhadap AS, misalnya melalui lembaga pendidikan, menggambar poster kebencian, media massa dan mencetak buku-buku. Perang Korea juga diperingati sebagai hari perjuangan Korut melawan imperialisme AS. Pemimpin Korea Utara juga menampakan dirinya sebagai pahlawan yang pantas mendapatkan kehormatan dimata warga negaranya.

Pasca berakhirnya perang Korea, konflik tak lantas berakhir. Berbagai upaya perdamaian telah dilakukan namun masih belum maksimal, tampaknya eskalasi konflik masih belum berkurang secara signifikan. AS sebagai aliansi Korea Selatan, terus membayangi Korea Utara akan situasi terancam. Untuk membendung itu semua, Korut berupaya meningkatkan program senjata nuklir namun, AS tidak menyukai hal tersebut. 

Lalu apa yang AS permasalahkan? AS dan sekutunya sendiri mengkritik keras Korut atas program nuklirnya atas nama keamanan internasional dan melindungi aliansi-aliansinya di Kawasan. Bahkan PBB pun telah beberapa kali menjatuhkan sanksi. Korea Utara sendiri sudah melaksanakan uji coba nuklir sejak tahun 2006 hingga 2017 dan terhitung sudah 6 kali. PBB telah beberapa kali mengeluarkan sanksi baik secara militer maupun ekonomi sepanjang Korut melakukan uji coba. Namun, hal tersebut tidak membuat Korut berhenti.

Upaya Perdamaian dan Bertemunya Para Pemimpin

donald-trump-kim-jong-un-meeting-625e65dfbb44864c36475b92.jpg
donald-trump-kim-jong-un-meeting-625e65dfbb44864c36475b92.jpg
Donald Trump Meets North Korea's Kim Jong in Singapore
Sumber: www.time.com

Upaya-upaya perdamaian dilakukan oleh kedua belah pihak untuk mengurangi eksalasi ketegangan yang selama ini ada, situasi membaik pernah dirasakan oleh Korea Utara dan Korea Selatan pada 27 April 2018, dimana kedua pemimpin negara bertemu yakni Kim Jong Un dan Moon Jae In. Dalam pertemuan ini, keduanya membahas soal program denuklarisasi di Semenanjung Korea dan penguatan hubungan baik keduanya.

Tak hanya itu, pertemuan bersejarah pun terjadi pada 20 Juni 2018 di Singapura. Pasalnya untuk pertama kali pemimpin Korea Utara dan Amerika Serikat yaitu, Donald Trump dan Kim-Jong Un bertemu. Pada konferensi tersebut juga membahas soal program denuklarisasi namun, tidak ada hasil yang berarti. Setelahnya dilakukan kembali di Vietnam, Hanoi pada Februari 2019. Lagi-lagi menghadapi kesepakatan yang gagal karena AS menuntut agar Korut sepenuhnya menyerahkan senjata nuklirnya. Jelas, hal tersebut tidak akan dilakukan oleh Korut karena merasa dirugikan dan tidak ada jaminan kuat baginya untuk bisa bertahan dalam sistem internasional. 

Korut juga menyinggung bahwa selama AS dan Korsel masih melakukan latihan gabungan militer itu adalah upaya persiapan invasi militer kepadanya. Jika AS ingin melanjutkan kembali program denuklarisasi, Korea Utara memberikan syarat bahwa AS harus menarik dirinya dari Korea Selatan dan melonggarkan sanksi-sanksi yang selama ini membelenggu Korut teruatama pada aspek ekonomi. Ditengah sanksi internasional dan pertentangan Amerika Serikat, Korut tetap menjalankan uji coba dan sanksi diabaikan. Mengapa demikian? Ancaman kemanan yang selalu dirasakan oleh Korea Utara atau dalam HI kita kenal istilah security dilemma, memacu Korut untuk terus mengejar kekuatan strategis hingga lawan tidak akan mudah mengambil resiko jika ingin melakukan penyerangan atau invasi militer.

Kebijakan Strategi Nuklir Korea Utara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun