Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Diary

Mie Ayam Ibu Runi

27 Juli 2021   00:44 Diperbarui: 27 Juli 2021   00:48 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Selamat pagi ibu, nanti siang ke sekolah khan menjemput anak-anak?"  Isi pesan WA pagi itu, dan kujawab iya.  Persisnya sih, aku menjawab dengan candaan khasku, "Iya dong ibu.  Nanya-nanya mencurigakan nih.  Ibu mau traktir aku yah?"  Lalu dijawabnya dengan emoticon ngakak.

Cerita lama, kira-kira 3 tahun lalu.  Percakapanku dengan Ibu Runi seorang staf di SMP tempat kedua bocahku menempuh pendidikan mereka sedari playgroup.  Sehingga bisalah dibayangkan kedekatanku dengan Ibu Runi.  Dimulai dari hubungan orang tua murid hingga menjadi teman mungkin.

Cukup sering di luar sekolah kami chatingan berbagi info masakan.  Kebetulan si ibu ini sering mampir melihat status WA ku yang tak jauh dari masakan.  Aku memang konon jago bikin kue kata teman-teman, dan banyak dari mereka mendukungku untuk menjadikan usaha.  Tetapi, ehhhmm...aku saja yang kesulitan membagi waktu dengan kesibukkanku.  Sehingga jika ditodong sambil diomelin saja barulah aku menerima pesanan kue mereka.

Singkat cerita siang itu aku mendapatkan mie ayam dari Ibu Runi.   "Hai...ibu, ini saya bawakan mie ayam 2 paket untuk anak-anak.  Dicicip, dan jangan dikomentari karena rasanya jauhlah tidak seenak tiramisu ibu," katanya merendah.

Heheh...iya beberapa hari sebelumnya aku memang membawakannya tiramisu andalanku.  Aku bawakan 1 boks untuk diicip-icip dengan Ibu Runi dan beberapa staf TU sekolah.  Iseng saja sih, karena kebetulan sedang terima pesanan ketika itu.  Tetapi, nggak nyangkanya kok jadi dibalas dengan 2 kotak mie ayam Ibu Runi.

Aku juga tahu mie ayam ini usaha sampingannya yang dijalankannya di rumah dengan bantuan aplikasi pesan antar.  Hanya berjalan sore sepulangnya dari sekolah.  Itupun tidak rutin, karena kebetulan si ibu tinggalnya di Bogor.  Jadi tergantung cuaca, dan jadwal kereta api Jakarta -- Bogor.

"Ibuuu....mie ayamnya indah sekali.  Cius dan nggak bohong aku ibu!" kataku setelah mencobanya di rumah.  Lalu kami pun chatingan memikirkan hobi masak kami ini sebaiknya bagaimana yah.  Ngobrol ngalor ngidul karena sebenarnya hobi ini bisa dijadikan penghasilan tambahan.  Tetapi masalahnya kami dibatasi oleh waktu.

Kira-kira itulah satu cerita pertemananku dengan Ibu Runi.  Selain itu kami pun memiliki kesamaan suka jalan-jalan!  Heheh...dulu sebelum pandemi, selalu saja kami berbagi info sedang dimana.  "Ibu...ibu dimana itu?  Ibu sedang di Bali yah, jalan darat atau bagaimana?  Ajarin dong bu lewat mana saja.  Mudah-mudahan kalau keberanian sudah terkumpul, saya dan keluarga nyusul."  Katanya selalu saja mengikuti liburanku bersama keluarga lewat status WA aku.

Mendadak tiga hari lalu dunia terasa runtuh bagiku, dan airmataku jatuh.  "Mama, Ibu Runi meninggal karena Covid," kata putri sulungku.

Nyaris tiga tahun aku meninggalkan SMP tersebut.  Tetapi bukan berarti aku memutuskan semua pertemanan kami.  Sebab, terakhir di bulan April seingatku masih berkomunikasi dengan Ibu Runi.  "Aduhh...ibu sedang dimana ini.  Asyik betul weekend jalan-jalan dengan dua ABG cantik seperti kakak adek dengan mamanya," kataku mampir ke chat WA nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun