Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kemiskinan dan Kebodohan Tidak untuk Diwariskan

11 April 2021   03:57 Diperbarui: 11 April 2021   07:41 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://jabar.tribunnews.com

Sayang mimpiku hancur, karena di tahun kedua Fitri bersamaku mulai terjadi kejanggalan.  Sementara aku sendiri waktu itu buta tentang anak remaja.  Mungkin juga karena aku pada dasarnya bukan ibu kandungnya, sehingga kurang peka.  Tebak-tebakanku, sepertinya si Fitri ini sedang kasmaran.  Belakangan sering aku mendengar percakapannya, janjian di telepon.

Berlanjut, beberapa kali mendapati, yang seharusnya dari rumahku lanjut ke sekolah karena memang begitu selama ini.  Tetapi menurut ibunya ternyata tidak.  Mbak Ning bilang guru si Fitri sering menegur Mbak Ning karena Fitri bolos.  Aku juga setiap kali menanyakan tugas sekolahnya, dijawab Fitri tidak ada.

Meskipun aku bukan ibunya, tetapi aku terlanjur sayang dan menaruh harap kepadanya.  Mencoba mengajaknya bicara hati ke hati.  "Fit, kamu itu kenapa sih kok beda.  Kenapa kamu, (maaf) kata ibu suka bolos yah?  Fit, aku memang bukan ibumu, aku hanya orang yang dititipkan dan mencoba membuat kamu lebih baik dari ibu.  Aku tidak mau bohong, kalau boleh aku juga berharap kamu bisa lebih baik dari ibu, karena memang kamu bisa!"

"Aku malas sekolah kak, buat apa bikin otak capek?  Intinya khan nantinya duit.  Jadi kenapa harus sekolah, sementara duit yang menjadi persoalan untuk keluarga kami yang miskin." Katanya dengan mata tajam, dan nada yang keras serta nada kecewa yang aku rasakan disana.  Tiba-tiba aku merasa Fitri berubah, bukan seperti yang aku kenal.

Jangan bilang aku menyerah.  Hingga beberapa bulan aku terus mencoba mendekatinya dan menjelaskan bahwa dirinya bisa membuat keluarganya menjadi lebih baik.  Buktinya selama ini bisa mengikuti pelajaran sekolah sambil bekerja.  Hal luarbiasa yang belum tentu anak lain mau atau bisa lakukan.

Kembali lagi, faktanya aku bukan ibunya.  Bukan aku yang melahirkan dan membesar dan membentuk karakternya selama ini.  Aku hanyalah orang yang ditemui ibunya di tengah jalan.  Ibu yang bermimpi anaknya tidak berakhir menjadi buruh cuci seperti dirinya.

Mbak Ning bagiku adalah Kartini, karena tahu bahwa kehidupan yang dijalaninya dengan keras tidak untuk diwariskan.  Ironisnya kemiskinan dan kebodohan kerap membelenggu mereka.  Membuat teriakan lapar semakin nyaring terdengar, sehingga sesegeranya duit harus menjadi  jawaban diatas segalanya.

Mimpiku hancur ketika Mbak Ning datang menemuiku.  "Non, terima kasih sudah mengajari dan bahkan mengurusi Fitri lebih dari cukup.  Tetapi non, Fitri sudah tidak mau sekolah.  Saya pasrah saja, terserah daripada jadi tidak benar.  Jadi mulai besok, Fitri tidak datang lagi non."

Entah kenapa aku merasakan kecewa yang sangat.  Bukan semata karena aku menaruh harap terhadap masa depan Fitri.  Tetapi anak itu aku kenal sejak masih kecil, dan aku sempat mengajarinya beberapa tahun.  Aku tahu pasti, dia bisa lebih dari ibunya, sekalipun ibunya ART.

Aku bahkan merasa Mbak Ning, ART ku itu seperti kartini yang berjuang melepaskan diri dari pasung kemiskinan dan kebodohan.  Bukan dirinya, tetapi untuk anak-anaknya.  Fitri, adalah anak yang diharapkannya.  Walau cerita tidak berakhir seperti mimpinya.  Ketidakberdayaan oleh keadaan memaksa jalan cerita berubah.  Miris memang, karena Mbang Ning hanya sanggup bermimpi, dan kemudian menelannya.

Bisa jadi ini karena ketidak berdayaannya, mendidik dan membentuk karakater.  Hal yang tidak penting bagi mereka dibandingkan rasa lapar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun