Sejak kami di Jakarta, Whitty tidur di kamarku. Â Aku di kasur, dan Whitty berada di bawah kaki tempat tidurku. Â Begitulah setiap hari, kemana aku pergi maka Whitty pasti ngikutin. Â
Setiap pulang sekolah, dijamin Whitty sudah panik menunggu di gerbang menyambutku. Â Bahkan saat aku belajar dia juga akan setia menemani di bawah kakiku.
Jujur, aku suka curhat ke Whitty tentang guru-guru yang nyebelin. Â Heheh...tidak tahu dia ngerti atau tidak, tetapi mukanya sih sepertinya ngerti. Â
Oiya, kami juga sering menikmati ice cream bersama. Â Tenang, nggak makan dari cup yang sama. Â Aku makan separuh, dan separuhnya lagi aku beri ke Whitty. Â Hikks...miss him so much now.
Seiring waktu, aku melanjutkan kuliah ke negeri orang. Â Terpaksa aku berpisah sementara dengan Whitty. Â "Whitty, beberapa waktu lagi aku bakalan pergi jauuuhhh....banget. Â
Tapi aku pergi untuk sekolah." Â Seingatku waktu itu si Whitty hanya melihatku, mungkin mencoba memahami apa maksudku. Â Beda banget reaksinya dengan ketika kami pindah dari Kalimantan ke Jakarta. Â Kali ini Whitty hanya diam saja melihatku.
Di selang waktu, aku sempat beberapa kali pulang liburan Natal, dan selalu ada oleh-oleh coklat atau biskuit untuk Whitty. Â Heheh...hasil kerja jadi tukang cuci piring loh, bukan dari kiriman ortuku. Â Singkat ceritanya lagi, aku kembali setelah lebih 3 tahun belajar di negeri orang. Â Lalu hari-hariku kembali bersama Whitty yang pastinya semakin bertambah umur. Â Kebayang dong, aku saja sudah bukan bocah, tetapi sudah lulus kuliah.
Hari-hari menyedihkan itu akhirnya datang. Â Whitty semakin tua, dan mulai sering sakit-sakitan. Â Meski kami rajin selama ini membawanya vaksin, tetapi tetap saja seperti manusia maka hewan juga mempunyai umur. Â
Whitty juga sudah mulai kehilangan pengelihatannya. Â Begitupun kondisinya aku dan adek-adek tetap menyayanginya sama seperti dulu ketika Whitty masih bayi. Â Bagi kami, Whitty tetap "bayi" kami. Â Apapun kami lakukan jika Whitty sedang sakit. Â Termasuk mengusahakan perawatan terbaik dirawat di rumah sakit hewan di daerah Pasar Minggu.
Satu waktu Whitty sakit, tetapi kali ini berbeda. Â Saat itu dokter langganan kami memintaku membawanya pulang saja. Â "Whitty dibawa pulang saja yah. Â
Kalian saja yang merawatnya, kalian jauh lebih baik dari saya." Â Aku ingat begitu kata dokter hewan langganan kami ketika itu. Â Itulah yang kami lakukan, membawa Whitty kembali kali ini ke rumah. Â Tidak seperti biasanya meminta agar Whitty dirawat di rumah sakit sakit. Â Nggak tahu juga kenapa aku kok tumben nurut, dan nggak ngotot seperti biasanya.