Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Camberwell Sunday Market, Melbourne Ajariku Jurus Hemat

28 November 2020   20:25 Diperbarui: 8 Desember 2020   10:00 636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Camberwell Sunday Market (Sumber: economicstudents.com)

Selesai sampai di situ, seiring waktu aku berpindah beberapa tempat hingga akhirnya memilih tinggal sendiri. Di sinilah kembali datang persoalan, karena dapurku kosong dan sepertinya aku perlu televisi supaya nggak ketinggalan berita.

Inilah awalnya aku mengenal dan terjun langsung dengan pasar barang bekas. Istilah teman-teman Indo di sana, barang loak tapi bagus dan terpenting sesuai kantong pelajar seperti kita yang lebih penting daripada bermerek tapi mahal. Makan gengsi nggak kenyang, kata mereka! Hahaha.. benar juga.

Perburuan pun dimulai dari Prahran Market, Camberwell Market, dan Sunday Market yang juga memiliki pojok barang bekas ketika itu. Bahkan (maaf lupa) ada beberapa toko di sana yang menjual barang bekas atau second. Kalau tidak salah ingat namanya Brotherhood.

Prahran dan Camberwell Market menjadi tempat favoritku, karena lokasinya dekat dan transportasinya cukup mudah bagiku.

Jangan salah, loak atau bekas itu bukan sampah! Bahkan kita kalap karena merasa di surga melihat begitu banyak pilihan barang kualitas bagus dengan harga murah meriah! 

Inilah yang akhirnya aku lakukan, memborong panci, sendok, garpu, pisau, dan rombongan dapur lainnya. Cakep, keren khan? Dalam sekejap mata, dapurku lengkap sudah!  Artinya, aku bisa berhemat dengan memasak sendiri.

Satu persoalan selesai, lalu bagaimana dengan televisi? Ehhmm...gajiku nyambi sebagai tukang cuci di 2 restauran, cleaning service, dan tukang ketik di salah satu kantor kecil tetap aja tidak cukup.

Bagaimana mau cukup kalau untuk 1 pekerjaan saja aku hanya mendapatkan AUD10 hingga AUD15 per jam, dan aku bekerja untuk 2 jam. Belum lagi aku harus berhemat supaya bisa membayar sewa flat sendiri, dan nabung untuk satu permintaan ompungku.

Abrakadabraa....pulang sekolah melewati satu toko kecil yang menjual berbagai barang elektronik. Iseng saja menanyakan berapa harganya, dan ada yang bekas tidak. Hahaha... ternyata ada, tetapi televisi tua hitam putih. Kalau mau nanti dikasih diskon katanya.

"Why not, but I don't have car.  If you don't mind can you deliver to my home, but free?" kataku percaya diri kebangetan. Hahaha... lagi, sepertinya laki-laki itu malaikat. Meskipun awalnya tertawa nyaring bikin aku kaget, tetapi kemudian tersenyum mengangguk, lalu meminta alamatku.

"Knock...knock...," keesokan sore seseorang mengetok flatku. Ternyata laki-laki baik hati penjual televisi itu. Televisi hitam putihku sudah sampai, dan malam ini setelah pulang kerja part time aku tidak akan kesepian, kataku dalam hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun