Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Film

Horor Dibenci, tapi Dirindu

31 Oktober 2020   23:20 Diperbarui: 31 Oktober 2020   23:21 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.rottentomatoes.com/

Horor atau kengerian memang ngeri-ngeri sedap.  Buktinya, sekalipun horor itu konon menakutkan, tetapi banyak juga yang sukarela nyemplung di dunia horor.

Sepaham dong, nama-nama keren seperti Paman Drakula, Om Gondoruwo, Mbak Kuntilanak ataupun si imut tuyul nyaris sudah seperti keseharian kita.  Meskipun, pastinya tidak satu pun dari kita berharap bertemu muka dengan mereka khan?  Hehhe...

Ini bukan karena malam Halloween yang merupakan tradisi dari luar.  Tetapi, harus diakui horor di luar tidaklah seseram horor di Indonesia.  Lihat saja budaya Halloween yang bahkan menjadi semacam hal baru "menyenangkan" bagi sebagian dari masyarakat kita.  Kocaknya kini, hal seram ini nyaris mempunyai posisi sama seperti Valentine loh.

Terlepas dari urusan Halloween, faktanya horor memang nagih, dan orang menikmati rasa takut ini.  Pertanyaannya sekarang, kenapa sudah tahu seram tetapi kok masih dicari?  Inilah beberapa alasan kenapa horor itu "mengasyikan" bagi sebagian orang:

  1. Mencari rasa takut
    Aneh tapi nyata memang, tetapi sudah umum rasanya kalau manusia suka penasaran.  Bisa jadi sensasi ketakutan itu yang dicari.  Meskipun, misalnya ketika nonton film horor lebih sering matanya ditutup.  Tetapi, efek dan sensasinya mungkin bikin greget.

  2. Daya tarik
    Kembali lagi kepada prinsip ngeri-ngeri sedap.  Faktanya memang film horor ataupun hal yang berkaitan dengan horor ada daya tariknya.  Seorang Psycholog Glenn Walters di jurnalnya mengatakan ada 3 daya tarik horor, yaitu:
    - Rasa tegang yang berkaitan dengan darah, terror ataupun kejutan
    - Relevansi yang berkaitan dengan budaya, ataupun ketakutan akan kematian
    - Unrealisme, atau hal yang tidak nyata tetapi dinikmati karena ketidaknyataannya.

  3. Teori Katarsis
    Bahwa horor atau film horor tanpa disadari bisa menjadi sarana untuk menyalurkan ledakan emosi berlebihan yang tertahan.

Diakui atau tidak tetapi penjelasan diatas mungkin bisa menjawab kenapa horor lumayan diminati.  Bahkan film horor terkenal seperti The Conjuring, Poltergeist, Insidious, Let the Right One, Insidious atau pun Scream mampu membuat orang berlomba ingin menonton.  Tidak hanya sekali, bahkan ada yang berkali-kali.

Kesimpulan konyol penulis, bisa jadi bagi masyarakat kini kehidupan keseharian lebih horor daripada horor itu sendiri.  Buktinya, film horor sudah tahu seram, mengerikan, menakutkan dan sejenisnya.  Tetapi tetap saja tuh diminati, walau mata lebih banyak ditutup yang penting ikut merasa takut.  Hehehh...koplak sih.

Jakarta, 31 Oktober 2020

Sumber

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun