Dari ibu aku belajar. Dalam keseharian di setiap kegiatan, Ibu memancarkan banyak rasa. Semangat berjuang, ketegaran, teguh pendirian, sabar, ikhlas, rela berkorban, pantang menyerah, kesederhanaan tak sempat terucap. Namun semua itu terpancar dari tubuhnya, sorot matanya, sentuhan tangannya dan senyum di wajah. Pancaran itu terserap oleh sekelilingnya. Menempel dan mengendap dalam hatiku.
Melalui ibu aku tahu banyak hal tentang cara menjadi ibu. Bagaimana menjadi istri dan segalanya tentang bertahan dalam ujian dan tantangan. Nasihat-nasihat yang bertebaran sepanjang kebersamaan sempat membuat bosan karena diucapkan berulang-ulang. Namun ibu tak pernah lelah mengingatkan berkali-kali. Entah kenapa sekarang terngiang-ngiang, semua muncul satu per satu bagai tercatat dengan rapi di sanubari.
Harapan yang berkelebat dalam hati ibu, ditiupkan melalu bisikkan di telinga menjelang tidur. Dipanjatkan dalam bentuk doa kepada Yang Maha Kuasa setiap waktu yang utama. Semua itu perlahan-lahan mewujud sesuai impian yang dituliskan.
Sebagaimana ibu telah mengajarkan dan melakukan semua itu padaku, aku akan mengajarkan segala hal yang kupunya pada anak-anakku. Mendoakan sambil membayangkan wajah mereka , membersamai dengan sebaik-baiknya sebagaimana ibu dulu melakukannya untukku.
“Ya Allah, ampunilah aku dan kedua orang tuaku. Baik ibu maupun bapakku, sayangilah mereka seperti mereka menyayangiku di waktu kecil.”