Mohon tunggu...
carolina destika
carolina destika Mohon Tunggu... Lainnya - menulis sepanjang hari

komitmen untuk senantiasa memperbaiki diri

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dari Ibu Untuk Anakku

24 November 2020   17:01 Diperbarui: 24 November 2020   17:08 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Peristiwa puluhan tahun silam terekam pada dinding-dinding rumahku. Dalam balutan mukena usai sholat di sudut kamar ibu, ingatanku menembus jauh ke ujung hati menggali  kenangan yang  indah. Kebersamaan itu tergambar didepan mata bak film yang diputar ulang.

Sepagi itu, ibu telah menuntun sepeda unta tua membeli satu jerigen minyak tanah. Untung tak sebanding dengan usaha menuntun sepeda pada jalan menurun dan menanjak menuju agen di belokan ujung jalan.

Siang terik tak menghalangi ibu mengajakku ke pasar belanja barang dagangan mengisi warung di depan rumah. Dengan wajah lesu karena sedang ngantuk-ngantuknya kuantar ibu ke pasar menggunakan honda astrea merah tahun sembilan puluhan yang nyetaternya agak susah.

Kali lain, dibawah hujan rintik-rintik ibu memeluk peti kayu  berisi telur melindunginya agar tak basah terkena hujan.  Akan tetap basah meski badan ibu membungkuk di atas peti  kayu itu. Lalu  ibu memintaku memacu honda astrea merah agar cepat-cepat sampai rumah.

Suatu waktu ibu membungkusi gula, minyak goreng, juga terigu dan tepung beras dalam plastik kemasan seperempatan hingga larut malam. Pagi harinya sebelum kami semua bangun, ibu telah selesai memasak nasi uduk,  mie goreng dan tempe goreng untuk sarapan sebelum berangkat ke sekolah. Aku  terbangun oleh aroma nasi uduk yang menggoda.

Pada suatu hari minggu  ibu memintaku membantu memasak nasi kuning, bihun dan ayam goreng pesanan Pak Lurah untuk ulang tahun cucunya. Ibu memintaku mengulek bumbu ayam goreng yaitu bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, lada, dan garam dengan cobek batu. Saat lain ibu memintaku mengulek bumbu sayur sop, sayur asem, sayur brongkos, sayur lodeh, sambel tomat, sambel terasi dan banyak lagi yang lainnya berkali-kali hingga aku hapal bumbu-bumbu.

Menjelang dini hari aku terbangun dari tidur, memergoki ibu sedang membereskan lemari, melipat pakaian yang belum sempat di setrika. Khusus baju Bapak yang akan dipakai kerja, ibu menyetrika dengan setrikaan bergambar ayam jago yang diisi dari arang yang di bakar. Ibu sering tidur di awal malam dan terbangun dini hari untuk membereskan segala sesuatu.

Pada saat aku sakit, ibu merawatku dengan sangat baik. Membuatkan bubur, menyuapi, mengelap badanku dan mengganti baju. Memberiku obat dan menungguiku dengan sabar. Ketika demamku tinggi dan mengigau  sepanjang malam, ibu tak dapat tidur nyenyak karena terus mengompres dahiku dan mengawasi demamku. Ibu terus menerus berdoa agar aku segera sembuh dan berangkat ke sekolah.

Aku sering memergoki ibu makan hanya dengan sayur dan tempe, meski tersisa sedikit ayam di meja. Kalau ibu masak ayam agak banyak, ibu lebih suka mengambil ceker, sayap atau kepala agar daging ayam dimakan oleh anak-anaknya.

Ada banyak hal lagi tentang ibu yang tak mampu kutuliskan. Ibu adalah sekolah pertamaku.  Setiap kebersamaan mengajarkan banyak pelajaran tentang kehidupan.  Ibu mengajarkan kepadaku banyak hal tentang perjuangan. Segala yang ibu lakukan untuk keluarga diiringi dengan ketulusan , cinta dan kasih sayang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun