Mohon tunggu...
Dessy Amirudin
Dessy Amirudin Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Meminimalisir Sampah dengan Prinsip "Zero Waste" di Kota Bandung

25 Juli 2018   20:30 Diperbarui: 26 Juli 2018   03:54 1413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Polemik tentang sampah merupakan suatu bahasan yang tidak pernah habis untuk diperbincangkan, karena setiap hari kita menghasilkan sampah dari setiap konsumsi. 

Sampah yang dihasilkan daerah Bandung barat ternyata bisa mencapai 115 ton sampai 120 ton perhari dengan 28 truk pengangkut . Sementara volume keseluruhan sampah di kota Bandung bisa mencapai 1.500 ton perhari dengan kapasitas pengangkut sampah sebanyak 1.100 ton. Bisa dibayangkan kemana sisanya?

Sisanya terbengkalai di tempat penampungan sampah sebanyak ratusan ton, membusuk, berbau dan sebagian mengalami toksisitas. Belum lagi proses pengelolaan sampah yang dilakukan saat ini masih tergolong tradisional sehingga membutuhkan biaya mahal dengan proses pengolahan yang lama. 

Dilansir dari laman Pikiran Rakyat bahwa Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan telah memplot dana pengelolaan sampah sebesar 125 milyar. Jumlah ini bukanlah nominal sedikit jika hanya difokuskan untuk sampah. Bila kasus ini ditangani dengan optimal, maka biaya produksi dapat ditekan seminimal mungkin. Dengan begitu sebagian dana pengelolaan sampah dapat dialokasikan untuk infrastuktur lain.

Oleh karena itu Yayasan Pengembangan Biosains dan Bioteknologi (YPPB) menyarankan pengelolaan sampah dengan prinsip zero waste. 

Prinsip ini  dilakukan dengan metode sederhana yakni meminimalisir produk non organik dengan cara sederhana seperti, menyortir sampah organik dan non organik. 

Sampah organik rumah tangga tidak perlu dibuang melainkan dapat diurus sendiri menjadi kompos atau dengan metode takakura, sedangkan sampah non organik dapat diserahkan pada pihak pengelola sampah. Cara ini dapat dimulai dari lingkungan yang paling kecil yakni keluarga. Dengan langkah kecil ini diharapkan dapat meringankan beban kerja para patih dalam mengelola sampah.

Prinsip zero waste adalah nol sampah, artinya dengan menggunakan prinsip ini diharapkan tidak ada sampah yang tersisa, lalu bagaimana dengan sampah popok pembalut dan B3. Apakah sampah-sampah ini masih bisa direuse dan recycle? Jawabanya adalah bisa, tapi memang tidak memungkinkan untuk ditangani sendiri. Nah bagimana caranya?

Ada beberapa perusahaan yang bergerak dalam bidang pemberdayaan energi alternatif dengan menggunakan limbah. Sampah popok dan pembalut dapat diolah menjadi butiran-butiran panas dan menghasilkan energi, dilansir dari sebuah halaman tempo ternyata setiap kilogram butiran popok atau pembalut dapat menghasilkan 5000 kalori panas. 

Wah menakjubkan bukan, bila teknik ini dapat diterapkan maka kita telah berkontribusi dalam penghematan energi. Sedangkan sampah B3 akan direuse untuk diubah menjadi bahan bakar alternatif dan bahan baku yang bernilai ekonomis.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun