Mohon tunggu...
Desrina Sitompul
Desrina Sitompul Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

i am just an ordinary girl with an extraordinary dreams

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Hari Pangan Sedunia

17 Oktober 2014   07:08 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:42 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Food and Agricultural Organisation (FAO) menetapkan hari ini 16 Oktober sebagai hari pangan sedunia.

Ada hal yang menggelitik dalam  benakku menyangkut hari ini. hal ini terkait bagaimana perbandingan kemapanan pangan antara negara maju dengan negara berkembang. Negara-negara maju sudah memiliki pola pengaturan pangan yang jelas mulai dari tahap produksi hingga sampai ke tangan konsumen. akantetapi saya ingin melihanya dari sisi pola perkembangan penyakit.

Saat ini pola perkembangan penyakit yang ada di masyakat negara-negara maju telah mengalami pergeseran dari penyakit menular (communicable/infectious diseases) ke penyakit tidak menular (non communicable/lifestyles diseases)yang disebut dengan transisi epidemiologi. Hal ini terjadi karena kemajuan teknologi dalam bidang kedokteran yang sudah berkembang pesat sehingga penanganan penyakit-penyakit menular yang kebanyakan disebabkan oleh infeksi bakteri, mikroba bisa ditangani dengan baik dan hasilnya penyakit menular bisa dikendalikan dan angka kuantitatifnya juga menjadi lebih sedikit.

Namun disisi lain muncul penyakit-penyakit yang ditimbulkan oleh gaya hidup. Jumlah makanan yang dikonsumsi jauh melebihi angka kebutuhan harian individu tersebut. kemajuan teknologi diberbagai bidang menjadikan orang  memiliki gaya hidup sedentary. Kondisi ini juga didukung denganmunculnya gerai-gerai makanan cepat saji yang menyajikan makanan  yang tinggi kalori, rendah serat serta tinggi kandungan lemaknya. Alhasil semakin banyak orang yang memiliki bobot tubuh tidak ideal, mulai dari overweight hingga obesitas yang akan menjadi trigger beberapa penyakit seperti Diabetes Melitus tipe 2, Hipertensi dan Stroke.

Sebenarnya transisi epidemiologi bukan hanya terjadi di negara-negara maju namun negara berkembang seperti Indonesia juga mengalaminya. Hal ini dikarenakan meningkatnya jumlah penduduk yang memiliki pendapatan menengah ke atas juga berdampak pada pola konsumsi di suatu rumah tangga.

Sedangkan jika diperbandingkan dengan negara-negara berkembang, jumlah angka kelaparan masih tinggi. bahkan jumlah balita yang meninggal akibat gizi buruk dan gizi kurang semakin meningkat. seperti yang terjadi di negara-negara Afrika. Karena krisis politik, konflik berkepanjangan, masalah kekeringan, hidup di pengungsian selama bertahun-tahun dan banyak masalah lagi yang mereka hadapi sehingga mereka memiliki akses yang terbatas terhadap makanan.


Sungguh miris melihat kenyataan ini, di belahan bumi lain makanan yang mereka berlimpah bahkan menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan mereka karena kelebihan intake. Negara-negara mereka juga sudah menetapkan aturan yang ketat dan jelas mengenai food security. Dilain pihak negara-negara dunia ketiga masih harus berjuang keras untuk sekedar makan, bahkan terkadang tidak tersedia makanan yang cukup untuk dimakan. sekedar catatan beberapa wilayah di Indonesia juga masih memiliki angka gizi buruk dan gizi kurang yang tinggi. Dilihat lebih jauh lagi persentase balita dibawah lima tahun yang mengalami gizi kurang sebesar 19,6% (Riskesdas, 2013). Persentase balita yang stunting/pendek adalah 37,9 % (Riskesdas 2013).

kita tidak bisa memungkiri kenyataan ini, bahwa masih banyak hal yang harus diperjuangkan. bahkan untuk memenuhi hajat yang paling dasar dalam hidup manusia pun beberapa negara dan daerah masih kesulitan. Semoga suatu saat nanti setiap negara-negara di dunia sudah memiliki kemandirian dan kemapanan pangan.

Happy World Food Day.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun