Mohon tunggu...
Desy Hani
Desy Hani Mohon Tunggu... Lainnya - Happy reading

Hi, you can call me Desy - The Headliners 2021 - Best in Opinion Kompasiana Awards 2023 - Books Enthusiast - Allahumma Baarik Alaih

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Hadirnya "Rückkehrunruhe" Saat Berada di Tanah Rantau

12 Januari 2021   19:48 Diperbarui: 15 Januari 2021   15:46 1048
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi yang dilakukan oleh seorang perantau (Sumber : telisik.id)

Rückkehrunruhe selalu hadir menghiasi diri bagi para perantau yang sedang berpijak di tanah rantau

Rindu, satu kata yang berkaitan dengan keinginan untuk segera bertemu. Solusi dari perasaan rindu ini hanya bisa terbalaskan dengan saling bertemu, tidak ada solusi yang paling afdol selain itu.

Di era digital seperti sekarang ini, mengungkapkan perasaan rindu sangatlah mudah dilakukan. Mulai dari mengirimkan pesan dengan kata "I miss you" hingga bertemu melalui fitur video call sebagai pelengkapnya. 

Meskipun demikian, pertemuan melalui dunia nyata lebih terasa sempurna, bila dibandingkan dengan pertemuan melalui dunia maya.

Tidak ada yang bisa menandingi selain bertemu secara nyata, karena rindu mampu terbayarkan melalui sebuah pertemuan.

Perasaan rindu yang paling mendalam bisa dirasakan oleh siapa saja, tanpa memandang usia. Terlebih lagi dengan kita yang sedang berada di tanah rantau.

Perasaan rindu ingin segera pulang pasti akan selalu hadir menghiasi diri. Itulah ciri khas dari para perantau. Dirinya sangat bahagia apabila bisa pulang ke kampung halaman.

Ada berbagai macam alasan kenapa setiap orang memutuskan untuk merantau dan meninggalkan kampung halamannya.

Bisa karena urusan pendidikan, hingga urusan pekerjaan yang mengharuskannya beranjak dari kampung halaman. Semua ini dilakukan tentunya bukan tanpa tujuan, semua ini dilakukan demi masa depan.

Saat berada di tanah rantau, tidak jarang kita akan mengalami yang namanya culture shock. Hal ini semakin lengkap apabila kita pertama kali menjadi perantau, jauh dari orangtua serta saudara akan sangat terasa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun