Mohon tunggu...
Desi S.Pd
Desi S.Pd Mohon Tunggu... mahasiswa

be classly

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Makna "Jangkrik" pada Sudut Pandang Semantik

30 Desember 2020   14:40 Diperbarui: 30 Desember 2020   17:39 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dapat diketahui masyarakat Indonesia mempunyai bahasa yang resmi yaitu bahasa republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia(nasional). Seharusnya warga Indonesia bangga menggunakan bahasa nasional tersebut. Fonologi dan tata bahasa Indonesia di anggap relatif mudah untuk di pahami. Bahkan sudah di akui oleh beberapa peneliti, dasar-dasar yang perlu di pelajari hanya perlu memahami dalam kurun waktu beberapa minggu.

Bahasa Indonesia disebut juga produktif dengan beberapa istilah populer, yang mana istilah populer itu sering kali terjadi pada generasi melenial atau disebut dengan generasi yang lahir pada tahun 1980-an hingga 2000-an yang mana cukup melek teknologi, beberapa contoh dari produktivitas bahasa milenial yaitu : caper (cari perhatian), baper (bawa perasaan), salting (salah tingkah), omdo (omong doang), sksd (sok kenal sok dekat), tengsin (malu) dll.

Contoh-contoh dari bahasa milenial diatas sangatlah beragam dan berkemabang di kaum milenial bahkan bisa dikatakan tidak pernah terlepas dari kata-kata gaul tersebut. Selain itu dapat kita lihat bahwa ada perubahan atau pergeseran makna menurut sudut pandang semantik. Pergeseran makna yang mana? seperti penghalusan, pengasaran, perluasan, penyempitan dan perubahan makna itu sendiri. Fenomena perubahan makna dan pergeseran makna tentu sudah sangat lumrah terjadi pada zaman sekarang.

Makna itu sendiri artinya adalah unsur dari sebuah kata atau lebih tepat sebagai gejala dalam ujaran (Utterance-international-phenomenon). Oleh karena itu, terdapat prinsip umum pada semantik yang menyatakan bahwa bentuk atau disebut dengan bentuk kata atau leksem berbeda maka maknapun akan mengalami perbedaan juga. Abdul Chaer (2013: 29-39) dalam bukunya yang berjudul "pengantar semantik bahasa Indonesia" menyatakan bahwa, sebetulnya dalam bidang semantik istilah yang biasa digunakan untuk tanda-lingusitik itu adalah leksem, yang lazim didefinisikan sebagai kata atau frase yang merupakan satuan bermakna.

Bahasa populer dari produktivitas kamu-kaum milenial atau anak zaman now yang mana salah satu contohnya adalah Jangkrik...! nah, kata jangkrik ini sudah lama sekali muncul di tengah-tengah kaum milenial. Pada sudut pandang semantik tentu kata jangkrik sendiri terdapat perubahan atau pergeseran makna yang sebenarnya termasuk dalam kategori perluasan makna (extention). Kata jangkrik juga mengalami perubahan dan pergeseran secara total. Itu karena ada beberpa faktor yang mempengaruhi diantaranya seperti faktor linguistik, faktor asosiasi, faktor kesejarahan dan faktor sosial masyarakat.

Jangkrik itu sendiri hadir di bumi sejak 48 juta silam. Terbukti dengan ditemukanya fosil jangkrik yang terperangkap dalam getah pohon di Kolombia. Namun nama jangkrik muncul di daerah jawa yaitu kisaran pada masa Jayabaya memrintah di Kadiri (1135-1157). Nah di masa itulah kata jangkrik mengalami perubahan dan pergeseran makna. Yang mana kata jangkrik disini berarti suatu ungkapan kekesalan seseorang kepada sesama manusia, kepada hewan bahkan pada sesuatu yang membuat kekesalan yang tidak bisa di bendung.

Namun kata jangkrik semakin populer ketika Kasino menyebutkan dalam film Chips tahun 1980-an. Namun kian menyebar dan berkembang di kaum milenial. Disini makna jangkrik dapat diartikan menjadi dua makna. Pertama kata jangkrik adalah kekesalan manusia, yang kedua kata jangkrik adalah nama hewan. Untuk lebih memahami mari lihat kalimat di bawah ini:

  • Emang dasar jangkrik kamu!!!
  • Lihatlah jangkrik itu warnanya sangat cantik.

Contoh yang pertma dapat di artikan ungkapan kekesalan seorang manusia, kalimat ini terjadi ketika ada dua orang lelaki Adi dan Edo yang sedang duduk di warung makan, setelah makan mereka ingin merokok. Namun tanpa disadari rokoknya Adi sudah habis lalu mencoba mengambil rokok Edo yang hanya tersisa satu batang. Lalu dengan rasa kesal yang memuncak Edo marah kepada Adi yang mengambil rokoknya. Biasanya kata jangkrik di gunakan ketika lagi kesal kepada manusia berniat agar yang di bilang jangrik tidak begitu sakit hatinya ketika  di bilang jangkrik.

Contoh kedua menyatakan bahwa seekor serangga yang berwana cantik, yang mana mengambarkan seekor serangga yang hidup di tanah atau sawah, biasanya berwarna coklat dan hitam, hewan yang bisa terbang dan hewan ini bersayap ganda yang mengeluarkan bunyi "krik....krik" riang-riang.

Pada  awalnya kata jangkrik itu sendiri hanyalah jargon dari seekor hewan, namun dengan perkembangan zaman kata jangkrit itu berubah dan bergeser makna secara luas. Dan jargon jangkrik sudah biasa sekali diucapkan oleh kaum-kaum milenial, tak heran di tempat umum jargon jangkrik sangatlah familiar. Dan dapat disimpulkan dari pembahasan-pembahasan diatas bahwa jargon jangkrik berubah total dalam bahasa Indonesia secara luas.

Referensi :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun