Bondowoso-Desa Pekauman memiliki potensi desa yang terbilang unik dibandingkan dengan desa lain. Hal yang membuat desa ini unik salah satunya adanya situs-situs Megalitikum yang tersebar di sekitar rumah warga dan adanya Pusat Informasi Megalitikum Bondowoso. Sayangnya, potensi desa tersebut kurang dikelola dan dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat setempat.
Faktor utamanya adalah kurangnya rasa memiliki oleh masyarakat, khususnya pemuda setempat terhadap Pusat Informasi Megalitikum. Mereka cenderung memilih untuk bekerja dibanding mengelola potensi desa mereka sendiri.
Kami juga melihat adanya gap komunikasi antara perangkat Desa Pekauman dengan pihak PIMB. Oleh karena itu, Kelompok 273 menginisiasi pertemuan antara masyarakat desa, perangkat desa dan pihak PIMB. Pertemuan itu bertujuan untuk menyamakan tujuan dan memperbaiki komunikasi antara dua pihak.
Selasa (9/8) malam telah dilakukan realisasi inisiasi tersebut dalam bentuk musyawarah antara pemuda Desa Pekauman dan perangkat Desa Pekauman dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bondowoso.
Pertemuan tersebut dilaksanakan di Pendopo Balai Desa Pekauman dengan pembahasan pembentukkan ulang Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), penetapan ketua dan anggota Pokdarwis Desa Pekauman, dan diskusi bersama mengenai arah pembangunan Pokdarwis ini kedepannya.
Acara tersebut dibuka oleh mahassiswa KKN 273 Universitas Jember dan dimulai pada pukul 19.30, sambutan pertama disampaikan oleh Kepala Desa Pekauman, Giblit Akholla “Saya mengapresiasi iniasi pertemuan ini yang dilakukan adik-adik KKN UNEJ, pertemuan ini menjadi silahturahmi dan memperbaiki komunikasi Desa dengan Dinas agar kedepannya dapat bersinergi untuk untuk membangun Desa Pekauman menjadi desa Wisata”.
Sambutan kedua disampaikan oleh Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (Disparbudpora), Gede Budiawan berharap pemuda di Desa Pekauman dapat kembali aktif dalam pengelolaan potensi desa.
Sambutan terakhir disampaikan Herry Kusdarijanto selaku Pamong budaya ahli muda mengatakan bahwa "Selama ini PIMB kesulitan memenuhi permintaan para pengunjung terkait tidak adanya para penjual makanan, minuman dan cinderamata. Terlihat bahwa kurangnya partisipasi masyarakat desa tersebut untuk mengambil peluang wirausaha”.