Mohon tunggu...
Ade PutriNovianti
Ade PutriNovianti Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswa

Mahasiswa'18

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"New Normal" Kata Mahasiswa

19 Juni 2020   20:27 Diperbarui: 19 Juni 2020   20:17 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

DEPOK - Awal tahun 2020 menjadi awal yang sangat sulit dihadapi untuk beberapa Negara di Dunia karena dengan munculnya virus mematikan, virus ini bernama 'Virus Corona' atau 'Covid-19' dan Indonesia menjadi salah satu negara yang terkena virus ini. 

Berbagai cara dilakukan Indonesia untuk melawan pandemi Covid-19. Edukasi dan ajakan untuk stay at home, work from home, social distancing, physical distancing, penerapan PSBB, hingga lockdown lokal oleh masyarakat mewarnai kehidupan negara selama pandemi. Keadaan ini dilalui dengan masih banyaknya masalah yang menghambat penurunan laju infeksi Covid-19 di Tanah Air. Data yang kurang mencerminkan kondisi lapangan, tenaga medis yang kekurangan alat pelindung diri (APD), bantuan sosial yang berbelit-belit dan tidak tepat sasaran, serta masih banyak lagi isu-isu yang belum jelas kebenarannya.

Selama dua bulan lebih usaha jaga jarak (physical distancing) tentunya ini berdampak pada keuangan negara. Kondisi ekonomi yang terpuruk membuat pemerintah memutar otak, merumuskan kebijakan yang sekiranya ideal bagi pemulihan ekonomi dan penekanan laju penularan. Hingga akhirnya beredar suatu statement dari Presiden bahwa kita harus hidup berdampingan, berdamai dengan Covid-19. 

Pemerintah Indonesia berupaya untuk secara bertahap membuka kembali toko, UMKM, kantor, sekolah, dan lain sebagainya dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Hal inilah yang kemudian dikenal dengan new normal. 

Dalam konteks pendidikan, disadari atau tidak, "new normal" telah mulai terjadi secara global sejak pandemi Covid-19. Kegiatan belajar mengajar yang bisanya dilaksanakan secara tatap muka secara langsung, dimana pendidik dan peserta didik hadir secara fisik di ruang-ruang kelas dan tempat-tempat belajar, kini digantikan dengan kegiatan pembelajaran melalui media elektronik (e-learning). 

Bagi sebagian Universitas mungkin sudah menerapkan sistem E-Learning dari sebelum adanya pandemi ini, namun bagi perguruan tinggi yang belum pernah ada sistem e-learning pastinya tidak terbiasa.

Bagi mahasiswa, penerapan new normal bisa jadi angim segar. Angin segar, berarti mahasiswa yang selama ini tidak nyaman dengan perkuliahan online dapat kembali merasakan kehidupan kampus seperti biasa walau harus mematuhi protokol kesehatan. Sedangkan new normal bisa menjadi harapan yang menakutkan sebab keinginan mereka untuk kembali ke kampus tidak didukung dengan kondisi di lapangan. Faktanya, kondisi di lapangan membuat mereka takut akan keselamatan diri sendiri karena data masih menunjukkan jumlah kasus positif yang terus meningkat.

Sehingga dengan dibukanya kembali sekolah ataupun kampus berisiko meningkatkan penularan secara drastis, artinya kondisi ini belum aman bagi siswa maupun mahasiswa.

Menurut seorang psikolog klinis anak dan orang dewasa mengatakan bahwa dengan sekolah yang ditutup, sebagian dari kaum muda ini mengurung diri dalam kamar selama berminggu-minggu, menolak untuk mandi dan makan serta tidak mau meninggalkan tempat tidur mereka. Hal ini memperjelas bahwa sekolah dari rumah bisa memperburuk kesehatan mental.

Sedangkan para mahasiswa yang tidak siap dengan new normal melihat bahwa peningkatan kasus di Indonesia yang masih terjadi berpotensi menyebabkan ledakan kasus yang lebih parah lagi. Fasilitas kesehatan yang kurang memadai dan kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya keselamatan orang lain juga menjadi alasan mengapa sebaiknya kebijakan yang diambil untuk pembelajaran adalah dengan tatap muka secara daring. Tidak hanya itu, mereka juga beranggapan bahwa new normal bisa saja mengarah pada herd immunity.

Banyak dari mereka yang memilih metode perkuliahan dengan memperpanjang waktu daring. Tetapi banyak juga yang mengusulkan untuk membuat shift, mengurangi jumlah mahasiswa dalam satu kelas, mengatur tempat duduk, serta protokol kesehatan lainnya yang bisa disesuaikan dengan Keputusan Menteri Kesehatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun