Mohon tunggu...
DENY FIRMANSYAH
DENY FIRMANSYAH Mohon Tunggu... Penulis - Manusia

Manusia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pilih Kasih

22 Maret 2021   20:26 Diperbarui: 9 Juni 2022   06:09 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tidak ada satu pun ayat dalam Surat Yusuf yang tegas-tegas mempersalahkan Ya'qub lantaran teramat sayangnya kepada Yusuf hingga putra-putranya yang lain merasa terabaikan atau terdiskriminasi.

Para ulama seperti Abdurrahman Nashir As-Sa'dy menyebut hikmah dari penggalan kisah tersebut yaitu bahwa seorang ayah hendaknya berlaku adil kepada seluruh anaknya, tanpa membeda-bedakan atau bersikap diskriminatif, hingga sebagian yang lain merasa kurang diperhatikan. Tentu saja As-Sa'dy tidak sampai mengatakan bahwa Ya'qub telah berbuat zalim dalam hal ini.

Berbeda dengan kisah Adam dan Yunus dimana kedua utusan Allah tersebut jelas-jelas mengaku telah berbuat zalim. Adam memakan buah terlarang di surga, sedangkan Yunus meninggalkan umatnya lantaran marah.

Bila ditimbang dengan seksama sebenarnya sikap Ya'qub --perhatian dan kasih sayang Ya'qub yang bersangatan kepada Yusuf - masih tergolong wajar.

Pertama, Yusuf adalah anak paling muda sebelum Bunyamin, anak Ya'qub paling bungsu.   Umumnya orang tua lebih sayang pada anak paling bungsu. Kedua, paras Yusuf paling tampan dibanding yang lain, meski kakak-kakaknya juga tak kalah gantengnya. Ketiga, Yusuf adalah anak yang paling baik, paling santun dan berbakti, hingga mendatangkan kecintaan ayahnya.

Dengan ketiga sebab ini saja bisa kita simpulkan bahwa Ya'qub tidak berbuat zalim dan masih bertindak dalam batas-batas kewajaran. Namun sikap beliau ini ditangkap oleh sepuluh putranya yang lebih tua sebagai sikap diskriminatif. Perhatian Ya'qub kepada mereka tidak sebesar perhatian beliau kepada Yusuf. Padahal selaku anak kandung, sepuluh anak Ya'qub yang tertua adalah kelompok yang lebih banyak dan lebih kuat (ush-bah).  

Rangkaian peristiwa pembuangan Yusuf ke dalam sumur oleh kakak-kakaknya sedikit banyak telah diketahui Ya'qub sejak awal. Yakni ketika Yusuf menceritakan mimpinya kepada Ya'qub: ada sebelas bintang , matahari dan rembulan bersujud kepadanya. Ya'qub pun langsung memahami bahwa Yusuf memiliki keistimewaan dari Ilahi yang kelak mengundang kecemburuan kakak-kakaknya.

"Jangan kau ceritakan mimpimu ini kepada kakak-kakakmu, aku kuatir mereka melancarkan tipu daya terhadapmu!" demikian Ya'qub menyatakan firasat buruknya.

Kelanjutan kisah Yusuf ini kita ketahui bersama. Sepuluh anak Ya'qub yang tertua benar-benar merealisasikan rencana mereka. Mereka berencana membunuh adik mereka, akan tetapi setelah urun rembug mereka putuskan untuk membuang Yusuf ke dalam sumur agar dibawa kafilah dagang yang melintas.

Kedengkian -yang dalam bahasa agama disebut juga 'hasad' -- benar-benar mempunyai daya dorong yang kuat terhadap dilakukannya tindak kejahatan. Meskipun dalam kisah Yusuf ini tidak ada 'actual discrimination' yang ada hanyalah 'perceived discrimination'.

Perceived discrimination itu juga yang terjadi ketika Iblis menolak perintah Allah untuk bersujud kepada Adam. Dasar logika iblis adalah primordialisme penciptaan: Allah ciptakan Adam dari tanah, dan Allah ciptakan dirinya dari api. Dalam logika iblis, api lebih unggul dari tanah. Padahal menurut logika yang lebih kuat, justru tanah lebih unggul dari api. Api membakar dan merusak, sedangkan tanah menumbuhkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun