Mohon tunggu...
Deny Oey
Deny Oey Mohon Tunggu... Administrasi - Creative Writer

Seorang pembelajar, pecinta alam dan penikmat makanan pedas. Sesekali mengkhatamkan buku dan membagikan pemikirannya dalam tulisan. Beredar di dunia maya dengan akun @kohminisme (IG) dan @deNocz (Twitter).

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Menuju Tren Ekonomi "Digital Lifestyle", Sudah Siapkah Kita?

4 Desember 2017   21:44 Diperbarui: 5 Desember 2017   16:01 2932
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tren ekonomi digital (sumber: www.inspirasi.co)

Masih segar dalam ingatan kala transportasi online mulai masif, para pelaku usaha transportasi konvensional melakukan protes keras. Saat itu para pengemudi ojek online diancam oleh ojek pangkalan, atau ketika ratusan sopir taksi melakukan tindakan anarkis terhadap pengemudi taksi online. Pada akhirnya, para pelaku usaha transportasi konvensional tersebut ada yang gulung tikar, ada pula yang "berdamai" dan bergabung dengan jasa transportasi online.

Transportasi online (sumber: www.merdeka.com)
Transportasi online (sumber: www.merdeka.com)
Baru-baru ini, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) mengeluhkan kemunculan layanan hotel berbasis digital atau hotel online agent. Selain tidak memiliki regulasi dan tak terdeteksi pajak, hotel online juga dianggap mematikan bisnis hotel konvensional. 

Sejatinya, layanan akomodasi non-hotel ini sudah familiar di negeri seberang, bahkan berkembang pesat di beberapa negara maju karena memberikan pilihan akomodasi dengan harga kompetitif. Sayangnya, perubahan ekonomi digital ini belum siap diterima oleh masyarakat, khususnya para pelaku usaha.

Dalam dunia dagang atau bisnis, kita mengenal prinsip "Pembeli adalah raja". Jadi, jangan salahkan bila para raja yang kita layani kini sudah lebih modern dan canggih. Bila para konsumen cenderung mengikuti gaya hidup digital dalam kesehariannya (termasuk transaksi jual beli), kita juga harus mengikuti pola konsumtif (lifestyle dan travel) tersebut agar tetap survive. Misalnya membuka bisnis kuliner kekinian (seperti martabak topping variatif atau indomie ropang yang naik kelas), jasa tur, sewa transportasi atau akomodasi online, penyewaan alat camping, dll.

Markobar yang kekinian (sumber: www.liputan6.com)
Markobar yang kekinian (sumber: www.liputan6.com)
Perkembangan tren ekonomi lifestyle juga turut merubah label pekerjaan yang kini bukan duduk diam di kantor saja. Di era digital, kita jamak menemui profesi seperti food blogger, food reviewer, travel blogger, buzzer, influencer, dll. Bila pekerjaan ini hanya untuk individu, patut ditunggu bagaimana para pemain besar akan mengikuti perkembangan pasar dan perubahan zaman now.

Zaman memang cepat berubah dan perubahan ini juga memaksa kita untuk beradaptasi dengan cepat. Tren ekonomi digital akan berkembang pesat dalam beberapa tahun ke depan. Pola konsumsi masyarakat juga akan terus mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Pertanyaannya, apakah kita sudah siap akan perubahan tersebut?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun