Mohon tunggu...
Dens Saputra
Dens Saputra Mohon Tunggu... Penulis - De

menulis adalah seni berbicara

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Komunikasi dari Partai Menuju Hati

21 Mei 2023   20:52 Diperbarui: 21 Mei 2023   20:57 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Komunitas butuh komunikasi agar bisa kita sebut itu dengan masyarakat. Begitu juga, manusia butuh komunikasi agar eksistensinya dapat di akui. Prinsipnya komunikasi menjadi titik sentral dalam mewujudkan ide, gagasan, atau apa yang sedang diperjuangkan. Hampir tidak ada satu makhluk hidup yang lepas dari kebutuhan akan komunikasi. 

Apa lagi ditengah kondisi zaman yang menolak jarak, komunikasi menjadi media ampuh dalam mendekatkan pikiran tanpa ada batasan tertentu. Tetapi pertanyaannya adalah apakah komunikasi kita hari ini memunculkan gaya berpikir baru dalam meningkatkan kualitas saling memahami?. Tidak hanya awam, elite dan partai pun perlu merefleksikan bangunan komunikasi selama ini, apa lagi ditengah isu-isu "darurat" menjelang Pemilu 2024.

Wiliam I Gorden (1978) mengemukakan bahwa komunikasi memiliki empat fungsi, yaitu komunikasi sosial, komunikasi ekspresif, komunikasi ritual, dan komunikasi instrumental. 

Komunikasi Sosial berfokus kepada menghadirkan diri ditengah satu kelompok komunitas bahwa eksistensi seseorang itu ada. Biasanya sering ditemukan dimana jika seseorang jarang berbicara dan sulit menyatakan pikirannya, secara tidak sadar eksistensinya di tengah publik perlahan hilang. 

Memang terlihat kejam, tetapi fakta sosial kita memang memiliki tradisi untuk menjaga kehangatan sosial melalui berbagai pembahasan dalam kelompok. Bisa itu cerita politik, cerita ekonomi, bahkan cerita tetangga. 

Tradisi sosial kita sepertinya memiliki rumus untuk "memaksa" seseorang agar terbuka dengan lingkungan. Tetapi sebenarnya keterpaksaan itu akhirnya menghasilkan topeng-topeng sosial baru yang penuh ketakutan eksistensinya tidak diakui.

Komunikasi ekspresif biasanya bentuk komunikasi yang tidak nampak dalam pembicaraan, tetapi muncul dalam tindakan. Komunikasi ekspresif ini sebenarnya bisa dicermati secara psykologi. Karena bentuk komunikasi ekspresif adalah tanda bahwa seseorang itu sedang senang, sedih, bahagia, marah, dan lain sebagainya sebagai tanda ekspresif seseorang. 

Model ekpresif merupakan komunikasi yang lebih jujur diperlihatkan. Komunikasi ekspresif justru mendorong kita bertindak sesuai dengan apa yang dikatakan.  Sedangkan, komunikasi ritual menitiberatkan kepada bentuk komunikasi kolektif dalam merayakan sebuah kejadian. 

Sehingga alur cerita dalam kelompok tersebut menjadi searah karena sebuah peristiwa. Misalkan peristiwa perayaan kelahiran, ulang tahun, kematian, bahkan peristiwa politik. Selanjutnya komunikasi instrumental adalah bentuk komunikasi yang bersifat persuasif, memotivasi, dan mendorong terjadinya sebuah perubahan.

Komunikasi elite tentu berbeda dengan awam dalam konteks hirarki sosial. Ada semacam jurang pemisah antara public interest dan elite interest. Ada kecenderungan elite memainkan peran untuk memonopoli komunikasi di lingkaran publik. 

Karena status sosial atau ekonomi, komunikasi berlangsung hanya satu arah dimana hirarki tertinggi memanipulasi komponen masyarakat di level akar rumput. Prinsip ini bahkan terjadi dalam kenyataan politik praktis kita. Apa lagi intrumen-intrumen komunikasi telah dikapitalisasi untuk beberapa golongan tertentu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun