Mohon tunggu...
Denni Candra
Denni Candra Mohon Tunggu... Penulis - Praktisi HR dan Penulis

Penulis yang fakir ilmu sehingga senantiasa menjadi pembelajar seumur hidup. Mau kenal lebih dekat, silahkan klik www.dennicandra.com atau IG: @dennicandra

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pemimpin Ibarat Ban Pesawat

23 Februari 2017   16:08 Diperbarui: 23 Februari 2017   16:18 1333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: tiresandparts.net

Ketika bepergian keluar kota dan menunggu keberangkatn di bandara, salah satu kegiatan favorit saya adalah memperhatikan pesawat yang akan take off maupun landing. Yang menjadi perhatian saya bukanlah pesawat dengan body yang besar dan dihiasi berbagai macam tulisan serta brand maskapainya. Namun perhatian saya selalu tertuju ke arah roda atau ban pesawat, benda kecil yang berbentuk bulat dengan jumlah sebanyak enam buah. Biasanya posisinya dua di depan dan empat di belakang.

Dengan jumlah dan ukuran yang minimalis tersebut ternyata ban pesawat bisa memberikan peran yang maksimal. Beban pesawat, penumpang serta bagasi yang beratnya ratusan kilo bisa ditahannya. Apalagi ketika sedang mendarat, sungguh besar beban serta gesekan yang terjadi. Beban tersebut bisa belipat ganda besarnya dibandingkan pesawat dalam keadaan diam. Sungguh pun begitu besar beban yang ditahannya, ban pesawat tersebut tetap kuat dan jarang ada yang pecah maupun rusak.

Kenapa ban pesawat tersebut bisa kuat menahan beban? Ada banyak faktor yang melandasinya. Pertama, ban pesawat dibuat secara khusus untuk mampu menahan beban yang berat dan memiliki kelenturan 2-3 kali lebih besar dari ban mobil sehingga membuat penumpang merasa nyaman ketika pesawat mendarat. Selain itu ban pesawat juga dirancang khusus untuk mampu bertahan ketika pesawat bergerak dengan kecepatan sekitar 340 km/jam.

Kedua, landasan pacu pesawat juga dirancang dengan kualitas yang lebih bagus daripada jalan raya biasa. Aspal yang digunakan merupakan aspal alam bukan aspal hasil olahan minyak bumi sehingga tidak mudah mencair ketika kena panas, tekanan serta semburan panas dari gas buang mesin pesawat. Ketiga, yang tak kalah pentingnya adalah keahlian dan kemampuan pilot yang menerbangkan pesawat tersebut. Pilot harus bisa meminimalkan gesekan yang terjadi antara roda pesawat dengan landasan, sehingga beban yang dihasilkan dapat tersebar dan dibagi melalui putaran roda. Yang terakhir adalah karena bentuk ban yang bulat atau bundar sehingga bisa berputar dengan sempurna dan menetralisir serta membagi beban dengan merata.

Secara tidak langsung filosofi yang ada pada ban pesawat tersebut bisa kita aplikasikan dalam hal kepemimpinan. Baik itu kepemimpinan dalam keluarga, organisasi, instansi atau dalam pekerjaan sehari-hari. Memang apa kaitannya antara ban pesawat dengan kepemimpinan?

Seorang pemimpin itu bisa diibaratkan seperti ban atau roda pesawat, karena ia menjadi tempat tumpuan semua permasalahan serta beban pekerjaan yang ada. Terlebih lagi ketika ada permasalahan yang cukup krusial, itu kondisinya seperti pesawat yang mau mendarat. Sang pemimpin harus pintar menyiasati serta mencari solusi supaya permasalahan tersebut bisa diselesaikan dan tidak menimbulkan gejolak atau permasalahan baru. Kalau ia tidak mampu, maka akan terjadi kondisi seperti ban pesawat yang rusak atau bahkan pecah. Sehingga hal tersebut dapat membahayakan jiwa seluruh penumpang yang ada di pesawat tersebut. Jika pemimpinnya memiliki kecakapan serta bisa dengan jeli menyelesaikan permasalahan tersebut, maka yang dipimpinnya pun akan merasa nyaman. Ibaratnya pesawat mendarat dengan mulus karena dikendalikan oleh seorang ilot yang handal.

Jadi apa saja filosofi kepemimpinan yang bisa kita ambil dari pelajaran tentang ban pesawat tersebut? Pertama, seorang pemimpin itu harus seorang yang kuat dan mampu menerima beban tanggungjawab yang diamanahkan kepadanya. Dia harus memiliki kualitas serta nilai lebih dibandingkan orang yang di pimpinnya. Punya rasa percaya diri, siap menerima tanggungjawab dan tidak mudah menyerah dalam menghadapi berbagai persoalan yang muncul. Dia juga harus bisa menjadi teladan serta memberikan contoh terbaik buat anggotanya.

Kedua, seorang pemimpin harus bisa membuat organisasi yang dipimpinnya menjadi baik dan memiliki sistem yang bagus. Entah itu dalam bentuk peraturan organisasi, AD/ART serta visi dan misi yang jelas. Dengan adanya berbagai “tools” tersebut maka akan memudahkan bagi seorang pemimpin untuk mengarahkan kemana arah yang akan dituju. Disamping itu setiap anggota juga akan mengetahui apa peran serta tanggungjawab yang diembannya.

Ketiga, seperti roda pesawat yang dibikin bundar agar bisa rata dalam membagi beban maka begitu juga harusnya seorang pemimpin. Pemimpin adalah pemikul tanggungjawab serta beban dalam organisasi, tetapi beban tersebut harus bisa dibagi atau didelegasikan dengan anggota timnya. Didelegasikan dengan memberikan beban serta tanggungjawab yang jelas sehingga semua anggota bisa bertanggungjawab dalam pencapaian kinerja yang diinginkan. Jangan sampai beban tersebut dipikul sendiri sehingga pada akhirnya menumpuk dan menjadi terbengkalai. Ibarat ban pesawat yang tidak berputar secara sempurna maka pada akhirnya akan rusak dan pecah.

Bagaimana dengan Anda para pemimpin, leader atau pun atasan baik yang ada di sektor formal maupun informal? Apakah filosofi kepemimpinan ini sudah Anda terapkan dalam organisasi atau kelompok Anda?

Denni Candra (FB : Denni Candra, Twitter : @CandraDenni)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun