Mohon tunggu...
Deni Toruan
Deni Toruan Mohon Tunggu... Guru - Pendukung Timnas Belanda

Pendukung Timnas Belanda

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menimbang Djarot di Pilkada Sumut

27 Desember 2017   20:51 Diperbarui: 27 Desember 2017   20:52 984
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Lagi-lagi PDIP (Megawati, Ketum PDIP) melancarkan jurus tak terduga di Sumatera Utara. kalau 5 tahun lalu, masyarakat dikejutkan dengan pilihan yang jatuh kepada Efendi Simbolon, ketimbang RE Nainggolan, saat ini PDIP menyodorkan nama Djarot Saiful Hidayat untuk maju ke pilkada sumut ketimbang Maruarar Sirait, Effendi Simbolon, Sukur Nababan atau Japorman Saragih.

 Saya melihat keputusan ini berasal dari berbagai latar belakang, baik alasan logis ataupun alasan psikologis. Keputusan psikologis umumnya berasal dari pimpinan tertinggi PDIP, Megawati.

 Mengapa bukan Maruarar? Kita masih ingat, Maruarar sempat akan menjadi salah satu calon menteri di penghujung 2014. Namun, sampai detik terakhir, namanya tidak juga mendapat restu dari Megawati sehingga akhirnya batal diumumkan.

 Konon, alasan dari kealpaan restu ini adalah adanya hubungan psikologis yg kurang baik antara Maruarar dengan Megawati terkait pencalonan Jokowi menjadi calon presiden di 2014. Dikabarkan, Maruarar dan grupnya pernah mendesak Megawati agar segera mengumumkan pencalonan Jokowi jadi calon presiden. Agar PDIP memetik hasil yg baik di pemilihan legeslatif 2014. 

 Upaya mendesak pimpinan ini dianggap pemaksaan kehendak, dan kemudian dianggap tak hormat dan tak loyal kepada pimpinan. sejak itulah hubungan psikologis Megawati dan Maruarar menjadi terganggu. dan salah satu buktinya adalah nama Maruarar hilang dari kepengurusan DPP PDIP 2015-2020. Dan patut diduga, hubungan psikologis itu belum cair sampai saat ini sehingga nama Maruarar tak masuk juga ke daftar Megawati untuk calon Gubernur Sumut.

 Kemudian, kenapa bukan Efendi, Sukur atau Japorman? Kan mereka putra daerah dan kader utama PDIP? 

 Saya lihat disini PDIP mendahulukan keputusan logis. Nama tiga orang yang disebut itu sudah sering dibahas media, didiskusikan oleh pengamat. sebenarnya pdip menyadari mereka masuk radar, namun setelah diperiksa lebih jauh diketahui sinyal ketiganya masih sangat lemah. daya keterpilihan mereka bertiga tak cukup kuat. 

 PDIP bersifat logis. Mereka beranggapan, sekuat apapun mereka memperkuat sinyal dalam beberapa bulan ke depan, maka diprediksi tak akan cukup kuat mengalahkan sinyal petahana, Tengku Erry, atau sinyal Edy R, Pangkostrad TNI saat ini.

 Nah, karena itulah nama Djarot muncul dan kemudian disodorkan. Menurut aspirasi dan pandangan sebagian masyarakat Sumut, nama Djarot juga masuk radar. Tak hanya masuk radar,  beda dengan kader sebelumnya, sinyal namanya jauh lebih kuat dan menggema di tengah masyarakat.

 PDIP menyadari dia bukan putra daerah, dan itu pasti menjadi salah satu titik lemah. namun, mereka juga menyadari kalau nama djarot cukup harum di sumut. 

 Pasangan Ahok-Djarot yg sempat memimpin di Jakarta pernah menjadi pasangan ideal pimpinan daerah bagi masyarakat Indonesia, khususnya bagi masyarakat Sumut. Hal ini terjadi karena mereka berdua dikenal bersih, sederhana, tegas dan mendukung penuh kebhinnekaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun