Bagi warga Jakarta tentu sudah tidak asing mendengar nama ondel-ondel. Boneka ini merupakan maskot Kota Jakarta. Pada perayaan ulang tahun Kota Jakarta ondel-ondel bisa dijumpai diberbagai tempat. Museum, Monas dan tempat hiburan lain. Sebagai bagian dalam menghibur masyarakat yang datang ketempat tersebut.
Selain itu ondel-ondel juga bisa dijumpai dalam pesta pernikahan adat Betawi dan pesta khitanan. Pada kesempatan tertentu ondel-ondel bisa dijumpai dijalan-jalan, di arak keliling kampung sambil menari-nari mengikuti irama musik yang ditabuh. Lalu salah satu dari mereka, pemilik ondel-ondel akan menyodorkan kaleng kepada siapa saja yang dilalui. Berharap mau mengisi kaleng tersebut dengan rupiah. Ya, ondel-ondel itu diajak mengamen.
Sebuah pemandangan yang cukup ironis bagi sesepuh yang mengetahui sejarah keberadaan ondel-ondel. Boneka dari kertas yang telah melaui berbagai proses dan ritual pembuatan. Kini hanya jadi olok-olok dan tertawaan anak-anak. Tanpa mereka tahu bahwa ondel-ondel mempunyai kisah magic.
Ondel-ondel adalah boneka yang terbuat dari kertas. Tingginya 2,5 meter. Kerangkanya dari anyaman bambu. Dan kepalanya dibuat dari topeng. Sedangkan rambutnya dari ijuk yang diberi warna. Ondel-ondel biasanya dibuat sepasang. Ondel-ondel laki-laki dan ondel-ondel perempuan
Untuk membedakan yang mana ondel-ondel laki-laki dan yang mana ondel-ondel perempuan, cukup dengan memperhatikan wajahnya. Jika wajah ondel-ondel berwarna merah, berarti itu ondel-ondel laki. Sedangkan bila wajah ondel-ondel berwarna putih, berarti itu ondel-ondel perempuan.
Kenapa dipilih warna merah dan putih? Menurut si pembuat ondel-ondel, warna merah dan putih memiliki arti sebagai penyeimbang. Ondel-ondel yang wajahnya merah memiliki makna sebagai kekuatan jahat. Sedangkan ondel-ondel yang wajahnya putih memiliki makna sebagai kekuatan baik. Menurut kepercayaan masyarakat Betawi jaman dulu, fungsi ondel-ondel itu sebagai pengusir bala.
Oleh sebab itu dalam pembuatannya tidak sembarangan. Ada ritual-ritual tertentu yang harus dilakukan oleh si pembuat ondel-ondel. Di antaranya dengan menyiapkan sesaji sebelum membuat. Kemenyan dan kembang tujuh rupa. Tujuannya agar pembuatan ondel-ondel berjalan lancar tanpa dirasuki oleh roh jahat. Karena itu terkadang wajah ondel-ondel tampak seram. Membuat anak-anak berlari ketakutan begitu melihat ondel-ondel.
Ritual dan keadaan seperti itu berlangsung cukup lama. Sampai sekitar tahun 1980. sementara ondel-ondel itu sendiri sudah dikenal dan diketahui sejak tahun 1602. Namun antara tahun 1966-1977, fungsi ondel-ondel digeser oleh Ali Sadikin, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Ondel-ondel ditetapkan sebagai boneka khas Betawi.
Sejak itu sudah tidak ada lagi tradisi mengarak ondel-ondel keliling kampung untuk menolak bala. Sebagai gantinya ondel-ondel digunakan sebagai penyemarak suasana. Dalam pesta pernikahan atau khitanan. Wajah ondel-ondel pun sudah tidak seseram dan semagic dulu. Anak-anak sudah berani mendekat dan foto bersama ondel-ondel. Terlepas dari apa pun fungsi ondel-ondel sesungguhnya, sebagai warga Jakarta dan orang Betawi khususnya, terus jaga keberadaan ondel-ondel sebagai bagian dari kebudayaan Betawi. (EP)
Dari berbagai sumber