Sepak bola salah satu olahraga favorit saya. Kalau diijinkan oleh bapak, saya sudah masuk klub sepak bola. Posisi yang saya sukai adalah striker. Zaman sekolah, saya kerap main bola bareng teman-teman cowok. Sayang tidak mendapat lampu hijau dari orang tua.Sebagai gantinya saya diijinkan menonton sepak bola langsung di stadion  Jadilah saya penonton setia timnas atau klub sepak bola nasional yang sedang bertanding ke Senayan. Saya biasa berangkat sendiri ke Senayan. Barulah di sana ketemuan dengan teman-teman. Asiklah pokoknya.Kalau nonton langsung di stadion, sebelum masuk kita diperiksa terlebih dulu. Makanan dan minuman tidak boleh dibawa masuk. Harus diletakkan di pintu masuk. Seperti nonton di bioskop. Namanya pertandingan tidak bisa diduga. Teorinya lama waktu pertandingan 2x45 menit. Praktiknya bisa lebih.
Waktu yang tak terduga inilah yang membuat perut keroncongan saat keluar dari stadion. Mau makan berat sudah malam. Jadi mencari makanan ringan tapi yang bisa mengganjal perut. Pilihan pun jatuh pada bakpao. Di sana banyak dijumpai penjual bakpao.
Pertimbangan saya, makanannya masih fresh karena diambil dari kukusannya langsung. Lumayan kenyang untuk mengganjal perut. Ukurannya sedang. Isinya variasi. Yang terpenting pedagangnya pun mudah dijumpai.
Sejak itu bakpao menjadi jajanan wajib saat ke GBK. Setelah jarang nonton di GBK lagi, kalau sedang kangen bakpao saya sengaja keliling mencari tukang bakpao yang pakai sepeda motor.
Bisa saja sih belin online. Praktik dan cepat. Namun bukan soal bakpaonya saja yang dikangenin. Melainkan kenangan saat pertama kali makan bakpao. Begitulah sepenggal cerita saya tentang jajanan bernama bakpao. (Denik)Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI