Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kisah Sebatang Pohon Bacang dan Penghuninya

29 Agustus 2019   18:14 Diperbarui: 29 Agustus 2019   18:25 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bicara soal kisah horor, saya memiliki pengalaman yang cukup membuat bulu kuduk merinding. Bukan lantaran melihat makhluk tak kasat mata seperti di film-film horor. Tetapi mendengar aktivitas makhluk tak kasat mata tersebut secara jelas dan nyata. 

Saya bukan tipe orang pemberani dalam menghadapi hal-hal mistis atau gaib. Karena saya percaya bahwa kehidupan alam gaib itu ada. Tetapi bukan berarti penakut juga. Pasti ada perasaan was-was dan khawatir jika dihadapkan pada sesuatu yang menakutkan. Makanya selalu berdoa agar tidak bertemu dengan hal-hal yang menyeramkan.

Sampai detik ini saya belum pernah melihat penampakannya. Hanya diperdengarkan saja bahwa mereka ada dan memiliki aktivitas seperti kita. Hal itu saya alami saat menginap di rumah adik. Tempat tinggalnya masih di perkampungan yang disekitarnya banyak pohon-pohon besar. 

Salah satu pohon besar itu adalah pohon mangga bacang. Tepat di depan halaman rumah adik. Selama ini pohon tersebut menjadi peneduh halaman karena besarnya. Anak-anak suka bermain di sana. Para pedagang pun berteduh di sekitar sana saat siang hari. Buah mangga bacangnya yang berjatuhan menjadi rebutan. Saya pernah merasakan manisnya mangga bacang tersebut.

Pokoknya menyenangkan saat main di sana. Terutama siang hari. Karena terasa teduh. Namun semua itu tinggal kenangan akibat kehadiran di roda empat milik si empunya tanah. Karena tidak memiliki garasi, maka tanah itu dibangun untuk garasi mobil. Si pohon mangga bacang pun terkena imbasnya. Harus ditebang.

Kami semua menyayangkan hal tersebut. Apalagi pohon mangga bacang termasuk pohon langka saat ini. Tetapi kami bisa apa? Wewenang ada pada pemilik tanah. Meski kami memberi saran tetap saja ia dengan pendiriannya. Selamat tinggal pohon bacang. Itu yang bisa kami ucapkan.

Pada saat saya menginap di rumah adik pasca penebangan pohon tersebut. Dini harinya saya mendengar suara-suara yang tak masuk akal. Sudah menjadi kebiasaan, setiap pukul 02.30 wib saya terbangun karena terasa ingin buang air kecil. Jika sedang tidak malas atau ada halangan biasanya saya lanjutkan dengan salat malam. Berhubung saat itu sedang berhalangan maka saya hanya melaksanakan hajat buang air kecil saja.

Saat berada di kamar mandi samar-samar saya mendengar suara anak kecil tertawa-tawa. Jujur saya langsung merinding dan segera menyelesaikan hajat ini. Begitu keluar dari kamar mandi suara-suara itu semakin ramai bahkan ditambah dengan suara kaki berlarian ke sana ke mari layaknya siang hari. Saya langsung melihat jam dinding. Belum lagi pukul tiga. Tidak mungkin anak-anak kampung sekitar situ sudah bermain. Kalau pun ada anak-anak yang ingin ke surau untuk salat subuh, juga masih terlalu pagi. Tak mungkin diijinkan oleh orang tuanya. 

Berbagai pikiran menyeruak dibenak ini. Terasa benar suara-suara itu berasal dari halaman rumah. Dengan kondisi merinding saya membuat kopi susu dan duduk mendengarkan keriuhan suara itu. Hasrat hati ingin membangunkan adik tetapi tidak tega melihatnya tidur nyenyak. Jadilah saya duduk sendirian menikmati secangkir kopi susu sambil mendengarkan suara-suara di luar sana. 

Saya sempat terpikir untuk mengintip mereka. Tetapi bulu kuduk yang merinding mengurungkan niat itu. Saya takut sendiri. Jadi hanya diam terpaku sambil menyeruput kopi susu dengan perlahan. Khawatir terdengar oleh mereka. 

Pukul 03.30 wib suara-suara itu perlahan mulai menghilang. Suasana terasa sepi. Tak lama terdengar suara mengaji dari surau dekat rumah. Perasaan saya terasa lega. Tandanya sudah ada orang di surau menanti waktu azan subuh. Saya pun baru berani membangunkan adik. Dan langsung saya ceritakan kejadian dini hari tadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun