Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perhatian! Membakar Sampah Ada Etikanya Loh!

19 November 2018   08:44 Diperbarui: 19 November 2018   09:09 789
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memiliki pekarangan yang bersih tentu dambaan semua orang. Untuk itu diperlukan orang-orang yang rajin mengurus pekarangan agar sesuai dengan keinginan. Bisa dengan mempekerjakan tukang kebun atau melakukannya sendiri. 

Menyapu daun-daun yang berguguran setiap hari menjadi rutinitas yang wajib dilakukan. Juga memangkas ranting-ranting pohon yang mulai mengering. Sesuatu yang biasa tetapi bisa menimbulkan masalah.

Masalah? Benar. Ketika tumpukan dedaunan dan ranting-ranting tersebut dibakar seenaknya tanpa memikirkan kondisi lingkungan sekitar. Karena merasa,"Ini kebon gue? Apa masalahnya dengan Elo?"

Ups! Arogansi yang bisa memicu konflik antar tetangga. Bagaimana tidak? Asap yang ditimbulkan dari bakaran sampah tersebut sangat mengganggu orang-orang di sekitar. Terutama bagi mereka yang memiliki riwayat alergi  tertentu. 

Niat orang yang membakar sampah tersebut mungkin hanya untuk mengurangi sampah, agar jangan sampai menggunung. Tetapi tidak memikirkan akibat yang ditimbulkannya. Apalagi jika hal itu dilakukan pada pagi hari. Dimana semua orang sedang membuka pintu dan jendela rumahnya lebar-lebar, guna merasakan kesejukan udara pagi.

Ketika orang-orang sibuk menyiapkan sarapan pagi. Ketika balita dan anak-anak kecil diajak jalan-jalan pagi. Dan ketika para asisten rumah tangga sedang menjemur pakaian yang telah dicucinya.

Adanya asap dari bakaran sampah yang dilakukan oleh tetangga tak beretika tersebut, tentu saja merusak suasana pagi yang sejuk dan indah. Udara sekitar menjadi bau asap, sebagian anak-anak jadi terbatuk-batuk dan pakaian yang baru dijemur menjadi bau asap. Ini sesuatu yang tak dipikirkan oleh si pembakar sampah. 

Ketika ditegur, justru sifat arogannya yang muncul. Hal ini menjadi pembelajaran bagi semua. Bahwa segala sesuatu itu ada etikanya. Termasuk urusan bakar membakar sampah. Biarpun sampahnya sampah sendiri. Membakarnya di pekarangan sendiri. 

Ada baiknya perhatikan waktu-waktu untuk membakar sampah. Kalau memang sampah tersebut ingin dibakar dan tidak ingin dibuang di bak sampah depan rumah. Lalu kapankah waktu yang tepat untuk membakar sampah?

Berdasarkan obrolan beberapa warga terkait sampah, sebagian besar berpendapat bahwa sore hari terutama menjelang magrib adalah saat yang tepat untuk membakar sampah.

Yah, menjelang magrib adalah saat yang cukup ideal untuk membakar sampah di pekarangan. Karena apa? Pada jam-jam seperti itu semua orang sudah mulai menutup pintu dan jendela rapat-rapat. Anak-anak pun sudah masuk ke rumah masing-masing. Pakaian yang dijemur pun sudah diangkat oleh para asisten rumah tangga atau oleh ibu-ibu yang mencuci sendiri. Jadi bau asap yang ditimbulkan tidak terlalu banyak dampaknya bagi lingkungan sekitar. Simple bukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun