Mohon tunggu...
Deni Satria
Deni Satria Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswa, Karyawan dan Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mahasiswa Komunikasi dan penyiaran Islam Universitas Serambi Mekkah Karyawan Universitas Serambi Mekkah Penulis dan Juara menulis dibeberapa kompetisi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pendidikan, Solusi Mengatasi Kemiskinan Aceh

5 Februari 2022   21:22 Diperbarui: 5 Februari 2022   21:32 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona


Aceh kembali meraih predikat sebagai propinsi termiskin di Sumatra, dan lagi-lagi menjadi hot issu diberbagai media, baik lokal maupun nasional, dan mungkin ini menjadi hal yang menarik bagi pengamat maupun media luar aceh, mengingat Aceh merupakan kerajaan terkaya pada masa Sultan Iskandar Muda dan Aceh merupakan daerah modal diawal kemerdekaan Indonesia serta yang menarik, Aceh merupakan propinsi yang mendapatkan dana otonomi khusus dari pemerintah pusat.
 
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat kemiskinan di Aceh meningkat 0,20 persen atau 16 ribu orang sejak Maret 2021 hingga September 2021 menjadi 15,53 persen. Secara total, jumlah penduduk miskin di Aceh mencapai 850 ribu orang.
Pada 2020 lalu, BPS mencatat penduduk miskin di Aceh berkisar 15,43 persen atau sebanyak 833 ribu orang.

"Persentase penduduk miskin Aceh pada September 2021 mencapai 15,53 persen per Maret 2021-September 2021," ujar Koordinator Fungsi Statistik BPS Aceh Dadan Supriadi dalam konferensi pers secara daring, Rabu (2/2).

Selain disumbang oleh komoditas pangan sebesar 75,65 persen, antara lain beras dan rokok kemiskinan di Aceh juga disumbang oleh tingginya angka pengangguran. Data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) per Agustus 2021 mencatat sebanyak 207 ribu penduduk usia kerja menganggur.
 
Juru bicara pemerintah Aceh Muhammad MTA yang selalu jadi "Power Ranger" pemerintah Aceh mengatakan,  "Kalau kita merujuk pada data survei BPS memang tren angka kemiskinan Aceh terjadi stagnasi pada angka 15%, walau tahun ini adanya penambahan digit desimal terkait penambahan angka kemiskinan," kepada detikcom, Kamis (3/2/2022).

Muhammad mengatakan stagnasi tersebut karena kemampuan masyarakat dalam menghadapi pandemi COVID-19. Masyarakat disebut mampu bertahan di tengah hancurnya ekonomi dunia.
 
Melihat kondisi Aceh saat ini tentunya kita turut prihatin, mungkin tanpa servei yang dilakukan BPS kita tidak akan pernah tahu bahwa seberapa banyak penduduk miskin yang berada disekitar kita, dan BPS telah menyelesaikan tugasnya dengan memberikan informasi kepada publik bahwa tingkat kemiskinan di Aceh meningkat dari tahun sebelumnya.
 
Sebagai seorang mahasiswa yang hanya belajar secara teori tentang pengelolaan pemerintahan, mencoba memberi sedikit pencerahan tentang mengatasi kemiskinan, menurut hemat saya sumber kemiskinan adalah penggangguran dan pengganguran dapat diatasi dengan skill dan pendidikan. 

Jika pendidikan di Aceh kurang memadai tentu kita akan kalah bersaing dalam berbagai dinamika kehidupan baik ekonomi maupun sosial kedepan. Karena prinsip globalisasi menyebabkan  setiap orang dari semua wilayah terkoneksi dengan wilayah lainnya.
 
Ketika kita tidak memiliki SDM yang handal, maka akan sulit bagi masyarakat sebuah wilayah bisa melakukan negosiasi dengan bargaining position yang setara dengan masyarakat diwilayah lain. Permasalahan ini hanya bisa dijawab dengan pendidikan. Pemerintah tentunya harus lebih serius untuk mengurus pengelolaan pendidikan di Aceh, karena penyebab pengangguran berhubungan langsung dengan pendidikan yang kurang bermutu.
 
Mengutip kata dari Nelson Mandela "Pendidikan adalah senjata yang sangat mematikan karena lewat pendidikan, kamu bisa mengubah dunia". (Education is the most powerful weapon which you can use to change the world).
 
 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun