Mohon tunggu...
Deni Saputra
Deni Saputra Mohon Tunggu... Guru - Seorang Guru dan Penggiat Literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar menulis untuk memahami kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sebatas Kenangan, Kajian Sastra Koran dalam Ruang Lingkup Sastra Populer di Era Digital

29 November 2021   10:27 Diperbarui: 29 November 2021   10:35 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Oleh: A. Deni Saputra

1. Pendahuluan

Dunia kesusastraan di Indonesia sekarang ini sudah sangat marak dan berkembang pesat. Hampir semua media memasukkan unsur-unsur sastra dalam setiap kajiannya baik media elektronik maupun media massa. Namun kemarakan itu membuat satu jalur yang menggolongkan sastra dengan embel-embel dalam apa sastra itu dicantumkan atau dipublikasikan yaitu sastra koran. Menurut J.J. Kusni dalam essainya yang berjudul "Sastra Koran, Demokrasi, dan Mutu Karya" mengatakan bahwa sastra koran adalah segala macam bentuk karya yang disiarkan melalui koran (termasuk majalah).

Oleh sebab itu, dalam karya sastra yang diterbitkan melalui media massa merupakan salah satu sarana untuk lebih menyebarluaskan jenis sastra secara langsung ke masyarakat. Dari segi ini koran memang menjual berita, tulisan, karikatur dan lain-lain sebagai barang dagangan. Tapi kiranya bukan karena yang ditebitkan merupakan barang dagangan, tidak sertamerta segalanya tidak bermutu rendah. Dalam hal ini tergantung pada pilihan politik penjualan: atau menjual barang begitu saja ataukah menjual barang bermutu.

Karena pada dasarnya koran merupakan media yang dianggap bisa mempengaruhi masyarakat. Artinya bahwa koran bisa dijadikan unsur politik agar masyarakat mengetahui berita apa yang terjadi saat itu bahkan tentang sastrapun bisa dianggap mudah sampai pada masyarakat untuk dijadikan sebuah pengetahuan.

Dari segi pencipta atau sastrawan maka masalah bermutu tidaknya sebuah karya, ia ditentukan oleh mutu penulis alias sastrawan itu sendiri. Makin tinggi kualitas seorang sastrawan maka bisa diharapkan bahwa karya sastrawan tersebut akan sejalan dengan kualitas sastrawan sebagai pencipta suatu karya.

Untuk menindaklanjuti masalah sastra koran, terdapat lima cerpen dalam makalah ini yang diambil sebagai sample dalam menilik seperti apa sastra itu dicantumkan. Salah satu koran nasional yang menjadi acuan koran-koran lainnya dan memiliki satu kolom mengenai sastra yaitu koran "Kompas" menjadi sebuah wadah untuk mengembangkan karya sastra. Dengan adanya koran Kompas diharapkan kesusatraan Indonesia dapat lebih bermutu dan memberikan sarana untuk para sastrawan dalam menyampaikan pesan kepada masyarakat atau pembaca melalui karya sastra yang ditulisnya.  

2. Tentang Cerita Pendek yang Akan Dianalisis

Pada makalah kali ini akan dibahas lima sastra Koran yang berjenis cerita pendek. Cerpen-cerpen tersebut diambil dari harian Kompas. Adapun kelima cerpen tersebut adalah :

2.1 Tina Diam Saja karangan Ratna Indraswari Ibrahim yang dibuat di Malang, 22 Januari 2006. Cerpen ini dimuat di harian Kompas pada Minggu, 19 Februari 2006.

2.2 Rumah Hantu karangan M. Dawam Rahardjo yang dibuat di Jakarta, 03 Maret 2006. Cerpen ini dimuat Kompas Minggu, 11 Juni 2006.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun