Mohon tunggu...
Deni Saputra
Deni Saputra Mohon Tunggu... Guru - Seorang Guru dan Penggiat Literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar menulis untuk memahami kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hari Guru: Di Antara Rasa Generasi Penerus Bangsa, Semua Akan Baik-Baik Saja

24 November 2021   11:00 Diperbarui: 24 November 2021   11:03 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di Antara Rasa Generasi Penerus Bangsa; Semua Akan Baik-baik Saja

"Di ujung kegelisahan, aku menemukan seberkas cahaya yang telah lama kukejar. Selembar kertas putih bertuliskan pesan untuk hari esok, dan hempasan angin yang memberikan kabar masa depan pendidikan. Aku lekuk senyum ini tuk berbagi dengan orang lain. Aku telan kebahagiaan ini tanpa merasa kepahitan. Aku berlari ke lorong yang tidak pernah ada dalam hari-hariku untuk melangkah menelusuri kegelapan. Hanya lembayung yang tersisa dari hujan di hari kemarin untuk malam ini. Akan aku padukan harapan sehingga semuanya terjalin dalam pengobatan kegelisahanku."

"Kamu mau masuk sekolah, Nak?" tanyaku.

"Iya, ayah, saya sudah rindu teman dan guruku."

Sepatah percakapan antara seorang ayah dan anaknya yang duduk di kelas 2 SD. Pada saat  ini sedang gencarnya program pendidikan tentang jadwal pembelajaran tatap muka terbatas di sekolah. Sudah hampir dua tahun pandemi melanda, dan sejak itu pula anak-anak bersekolah secara daring. Kegelisahan mulai menyentuh jiwaku. Mengapa? Anak berusia 7 tahun harus beraktivitas di luar dalam kondisi pandemi yang belum berakhir. Seorang anak kecil yang dituntut menjaga diri dari musuh yang bersembunyi entah di mana. Namun, aku tak ingin menghempaskan kebahagiaannya. Program pendidikan yang dicanangkan pemerintah untuk kemajuan semua elemen pendidikan, termasuk kemajuan dan perkembangan siswanya. Bahkan program 'blended learning' sudah diperkenalkan kepada siswa itu sendiri.

Apa yang dimaksud 'blended learning'? Blended learning sebagai sebuah kombinasi pengajaran langsung (face-to-face) dan pengajaran daring, tapi lebih daripada itu sebagai elemen dari interaksi sosial. Pada situasi saat ini e-learning sudah saatnya beraksi. Sekolah pastinya sudah mempersiapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Sedikit demi sedikit kegelisahan mulai kucerna. "

Nak, kamu yakin mau ikut pembelajaran tatap muka di sekolah?"

"Iya, Ayah. Aku bisa menjaga diri kok."

Satu kalimat yang meyakinkanku. Tidak perlu kegelisahan terus mengancamku. Masa pandemi tidak mesti menghindari, namun kita waspadai, hadapi, dan pastinya menjaga diri. Mungkin itu adalah segelintir orang tua yang ragu akan sistem pembelajaran yang sedang booming saat ini, pertemuan tatap muka terbatas (PTMT). Sekolah sudah mempersiapkan dan berbenah untuk menyambut peserta didiknya dengan baik. Orang tua tidak perlu khawatir dalam melepaskan anaknya untuk bisa masuk sekolah. Akan tetapi, orang tua dapat memberi ruang yang bisa meyakinkan anaknya beraktivitas dengan baik.

Orang tua bisa memberikan arahan untuk anaknya yang masih kecil untuk tetap menerapkan 3M (mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak) dan menjaga diri baik-baik. Bukan hanya diberikan arahan, persiapan moril saja, orang tua bisa mempersiapkan kebutuhan untuk anaknya ketika berada di sekolah, seperti: alat belajar, membawa masker ganti, dan perlengkapan lainnya. Berilah kepercayaan kepada sekolah untuk bisa mempedulikan dan memberikan sistem pembelajaran yang baik untuk masa depan generasi bangsa. Kegelisan itu pun berakhir. Senja itu tampak indah. Harapan dalam masa depan pendidikan. Jangan gara-gara pandemi, kreativitas dan masa depan generasi bangsa terbatasi. Namun, menerapkan strategi untuk bisa menghadapi dan memajukan pendidikan ke pelosok negeri.

Rasa rindu siswa terhadap guru-guru sebagai salah satu cerminan bahwa guru dapat memberikan yang terbaik sehingga nama mereka terukir dalam hati siswa. Guru bukan hanya sebatas digugu dan ditiru oleh siswa, namun harapan dan doanya untuk kemajuan karakter dan pertumbuhan kecerdasan siswa. Di era pandemi ini, siswa merindukan sosok guru secara langsung bukan hanya melihat di depan layar komputer atau laptop saja, begitu pula dengan guru, merindukan siswa-siswinya, celotehannya, kritisnya, ataupun pelukannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun