Mohon tunggu...
Muhammad Dendy
Muhammad Dendy Mohon Tunggu... Seniman - menulis adalah obat hati

"saya adalah orang yang selalu ingin belajar dan selalu ingin mengembangkan segala potensi yang ada dalam diri saya"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jangan Panggil Aku Mantan

10 Maret 2018   00:37 Diperbarui: 10 Maret 2018   00:43 792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Riuh dan meriahnya sebuah acara yang berlangsung disebuah gedung megah di Ibukota tersebut, seakan menjadi pelengkap megahnya perhelatan pernikahan yang berlangsung penuh suka dan duka tersebut.

Diatas panggung yang megah tersebut, kau berdiri dengan begitu cantik dengan kemegahan busana dengan tata dekorasi panggung yang cukup megah tersebut. Disampingmu juga berdiri seorang pria yang akan menjadi imammu kelak.

Rasa bahagia bercampur haru mewarnai hati ini, rasa bahagia ketika melihat kamu tampak cantik dan lebih cantik dari biasanya, dengan wajah bahagia yang tampak sumringah. Dalam pikirku, seaindainya aku yang ada disampingmu, yang tampak cantik dan tentu saja aku juga ingin menjadi pria yang gagah dan ganteng dihadapanmu untuk menjadi imammu kelak.

Dari kejauhan, ada tangis dalam hati ini, tetapi aku tidak boleh egois toh aku bukanlah laki-laki yang dipercaya oleh dirinya dan mampu menjadi imam untuk wanita cantik yang kini telah resmi menjadi milik pria yang sepertinya tampak bahagia.

Banyak yang salut akan kehadiran ku, pada acara resepsi mantan pacarku tersebut, dalam hatiku ini bisa menjadi pelajaran ilmu ikhlas dan penguatan mentalku kini.

Tiba-tiba memang terbayang bagaimana dahulu kau ada dalam pelukku, dan masih terasa hangatnya tubuhmu ketika memelukku. Dimana dalam pelukan yang kau berikan padaku bersebut, ada kata indah akan rencana indah kita untuk menjadi pasangan suami istri kelak.

Tak terbayangkan jika aku menjadi suamimu kelak, menjagamu dalam pelukku dan terus merasakan hangatnya tubuhmu yang hangat. Lalu ingatan aku akan kenangan indah itupun seketika hilang dan buyar akan kenyataan bahwa yang bersanding dengan dirinya diatas pelaminan megah itu bukanlah diriku.

Lagi-lagi terbayang dalam pikiran ku, dimana dirimu selalu mengelus wajahku sambil mengagumi parasku yang selalu membuat diriku selalu tumbuh rasa percaya dirinya.

Tak sadar, wanita cantik diatas panggung yang tak lagi dalam pelukanku kini, melihat sosok diriku, wajahnya yang tadinya senyum bahagia, berubah kecut melihat kehadiranku. Mungkin dalam hatinya aku hanyalah sampah masalalunya, apakah aku seharusnya pergi dan tak seharusnya ada dalam acara megah ini? Pikirku

Pantaskah sampah masa lalu seperti diriku ada disini? Terus-terusan dia memandangiku yang membuat hatinku kembali bergidik, haruskah aku berlari meninggalkan tempat ini?

Atau aku harus sok berpura-pura menjadi besar hati naik keatas panggung dan menyalami ia dan suaminya yang kini telah ada dalam janji suci ikatan perkawinan. Haruskah itu aku lakukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun