Mohon tunggu...
Muhammad Dendy
Muhammad Dendy Mohon Tunggu... Seniman - menulis adalah obat hati

"saya adalah orang yang selalu ingin belajar dan selalu ingin mengembangkan segala potensi yang ada dalam diri saya"

Selanjutnya

Tutup

Politik

Beban Anies Lebih Berat dari Ahok

24 November 2017   14:52 Diperbarui: 24 November 2017   15:25 1721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ahok dan Anies Baswedan (TRIBUNNEWS.COM)

Jakarta adalah salah satu provinsi dimana calon pertahana tidak pernah bertahan selama dua periode. Kenapa? Karena rakyat Jakarta lebih matang dan terukur dalam memilih pemimpinnya. Semenjak Jakarta melaksanakan pemilihan langsung yang dimulai dari tahun 2007. Tidak pernah ada satupun calon Gubernur pertahana alias yang sedang menjabat bisa bertahan selama dua periode.

Fauzi bowo dan Ahok adalah contoh dimana calon pertahana tidak selamanya bisa kembali menang. Kemenangan fantastis Anies-Sandi yang katanya angka terbanyak selama Jakarta melaksanakan pemilihan langsung. Seakan membuat banyak yang mencibir Anies-Sandi menggunakan isu agama untuk memenangkan pilkada yang sering disebut "Pilpres Mini" tersebut.

Tetapi dilain sisi rakyat Jakarta terkenal dengan moderatnya, mungkinkah pengaruh isu agama menjadi mayoritas penentu kemenangan Anies-Sandi?

Kalau masalah diatas, saya agak ngeri-ngeri sedap (Meminjam istilah bang Ruhut si raja minyak). Karena terkesan sensitif.

Yang kali ini saya ingin bahas adalah beban kerja Anies lebih berat dari Ahok, mengapa?

Karena Anies menang dengan dukungan yang sangat kecil dari media massa. Coba bayangkan ketika Ahok menjadi Gubernur, hampir mayoritas media massa mendukung segala apapun kebijakan Ahok.

Walaupun kebijakannnya terkadang melukai rasa keadilan rakyat kecil, seperti penggusuran, pelarangan motor, serta reklamasi yang tidak membuat kaum nelayan tersenyum.

Tak dipungkiri, Ahok memiliki dukungan media massa yang luar biasa, sehingga apapun kebijakannnya selalu positif di mata media massa. Anies tidaklah seberuntung Ahok, baru saja beliau menjabat, beramai-ramai media massa partisipan mengusik Anies. Sehingga seperti tidak diberikan sedikit celahpun untuk gubernur Anies bekerja.

Pidato Anies menuai kontroversi, kebijakan menutup alexis pun di kritisi, pelarangan sepeda motor yang akan dicabut Anies pun juga beramai-ramai di serang habis-habisan. Sehingga saya sempat berpikir, kapan ya Gubernur Anies benar?

Padahal, sebagai tokoh yang kita kenal dengan motto "Merajut Tenun Kebangsaan", Anies adalah tokoh yang menerima kebhinekaan. Sowan ke rumah-rumah ibadah seperti peresmian gereja, pura dll adalah bukti Gubernur Anies siap merajut persatuan dalam memulai kepemimpinannya di Jakarta.

Kini, setelah lebih sebulan Gubernur Anies menjabat, serangan tak habis-habisnya datang. Anggaran dan jumlah tim Gubernur yang sering disebut TGUPP membengkak dari 15 orang di era Gubernur Djarot menjadi 72 orang. Sedangkan anggarannya membengkak dari Rp.2,3 miliar menjadi Rp.28 miliar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun