Mohon tunggu...
Muhammad Dendy
Muhammad Dendy Mohon Tunggu... Seniman - menulis adalah obat hati

"saya adalah orang yang selalu ingin belajar dan selalu ingin mengembangkan segala potensi yang ada dalam diri saya"

Selanjutnya

Tutup

Politik

Gubernur Anies Ramai-ramai Disudutkan karena Istilah "Pribumi", Popularitasnya Bisa Saja Melambung

19 Oktober 2017   20:51 Diperbarui: 19 Oktober 2017   20:54 1629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Polemik penggunaan istilah "Pribumi" yang terlontar dalam pidato Gubernur Terpilih Anies Baswedan yang berlangsung di Balaikota pada Senin 16 Oktober kemarin. Hingga kini kegaduhan dan pembunuhan karakter terhadap Anies Baswedan terus berlangsung. Bahkan tindakan mempidanakan Gubernur Anies pun ditempuh.

Padahal, penggunaan istilah pribumi bukan kali ini saja terjadi. Beberapa waktu sebelumnya Presiden Jokowi dan Mantan Presiden Megawati juga pernah menggunakan istilah pribumi dalam pidatonya. Menurut saya, penggunaan istilah pribumi yang digunakan oleh Gubernur Anies hanya sebatas untuk menegakkan keadilan. Terhadap masyarakat kecil yang selama ini hanya menjadi penonton dari gemerlapnya hingar-bingar pembangunan di Ibukota.

Secara Komunikasi Politik, rasanya terlalu berlebihan jika sampai menjerumuskan perkataan Gubernur Anies tersebut ke dalam Ranah Pidana. Selain itu, dengan semakin memperlebarkan permasalahan yang seharusnya tidak diperlebar tersebut. Malah akan semakin membuat masyarakat Indonesia, atau warga Jakarta khususnya akan semakin terpecah-belah alias terpolarisasi.

Sudah menjadi rahasia umum jika Pilkada DKI Jakarta 2017 adalah Pilkada terpanas yang pernah ada di Indonesia. Sehingga tentu saja, Polarisasi masih tersisa hingga saat ini. Dan tentu saja imbas dari polarisasi yang masih ada tersebut, yaitu dengan masih banyaknya masyarakat yang terkesan mencari-cari kesalahan Gubernur Anies. Apapun itu, akan dijadkan celah untuk menjatuhkan pamor, dan kepopuleran Gubernur Anies sebagai Gubernur di Provinsi DKI Jakarta yang dikenal sangat strategis itu.

Isu-isu yang terus dihembuskan untuk menjatuhkan pamor dan citra Gubernur Anies, tentu saja malah akan melambungkan simpati masyarakat. Dan tentu saja berimbas pada melambungnya Popularitas Gubernur Anies belakangan ini.

Sebagai pihak yang saat ini tengah disudutkan, Anies tentu akan menjadi tokoh yang berada diatas angin. Dukungan Publik yang terus meluas dengan diperbesarnya penggunaan perkataan Pribumi oleh Gubernur Anies. Adalah bukti simpati masyarakat yang terus meluas untuk Gubernur Anies.

Apakah para pembaca masih ingat dengan meluasnya simpati masyarakat terhadap SBY dahulu menjelang Pilpres 2004? Nama SBY terus melambung karena disudutkan oleh Presiden Megawati dikala itu. Karena tidak dilibatkan dalam rapat kabinet. Padahal SBY adalah Menkopulhukam yang merupakan salah satu menteri strategis dalam kabinet.

Mungkin berbeda situasi jika saya memandingkan Fenomena Gubernur Anies dengan awal mula populernya nama SBY dahulu. Akan tetapi, sifat masyarakat Indonesia yang selalu empati dan simpati jika ada tokoh nasional yang disudutkan. Adalah bukti rasa simpati dan empati itu akan berubah menjadi sebuah dukungan.

Menurut saya, jika isu penggunaan kata Pribumi itu terus diperluas dan dijadikan komoditas politik baik bagi tokoh politik maupun media. Maka percayalah, bisa saja Indonesia akan semakin terpecah. Disaat ada kebingungan masyarakat akan polarisasi yang terus terjadi tersebut. Muncullah keinginan  masyarakat untuk mencari pemimpin yang menyejukkan dan tidak membuat gaduh.

Anies Baswedan, tentu adalah tokoh populer yang tidak bisa dianggap remeh kepiawaiannya dalam berpidato. Apalagi dengan latar belakangnya sebagai salah satu dari 100 tokoh paling berpengaruh di dunia. Tentu itu merupakan daya tawar yang sangat memungkinkan Gubernur Anies untuk masuk kedalam panggung Politik Nasional.

Apalagi dukungan untuk Gubernur Anies terus mengalir hingga saat ini. Bagi para pendukungnya, Gubernur Anies bagaikan oase bagi keadilan sosial yang selama ini tidak berjalan sebagaimana mestinya. Karena jakarta dan ketimpangan sosial, bagaikan sayur dan garam yang menyatu sebagai identitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun