Mohon tunggu...
Indah Pertiwi
Indah Pertiwi Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Nuansa Sentimen Agama di Pilkada Jatim

13 Juni 2018   18:50 Diperbarui: 13 Juni 2018   18:52 601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Penggunaan sentimen agama dalam momen Pilkada turut berlaku di Jawa Timur. Pasalnya, baru-baru ini muncul fatwa ulama yang menyebutkan hukum memilih calon tertentu.

Adalah, pasangan gubernur dan wakil gubernur Khofifah Indar Parawansa dan Emil E. Dardak yang diduga memainkan sentimen agama tersebut demi memenangkan kontestasi politik di Pilkada Jatim.

Hal tersebut bermula dari adanya fatwa dari beberapa Kiai atau Ulama yang menggunakan agama untuk mempengaruhi masyarakat.

Bahkan sampai keluar fardhu ain memilih Khofifah-Emil, artinya jika tidak memilih pasangan nomor urut satu itu dianggap berdosa besar. Karena fardhu ain ibarat seperti kewajiban sholat.

Adanya fatwa tersebut sangat disayangkan oleh sebagian besar masyarakat Jatim. Pasalnya, Pilgub Jatim yang awalnya berjalan adem kini mulai memanas.

Di samping itu, pasangan nomer urut 1 itu juga kini didukung oleh Amien Rais. Padahal, kita tahu bahwa Amien Rais adalah tokoh yang kerap memprovokasi dan mengadu domba masyarakat.

Dengan kombinasi dua kondisi tersebut, sangat wajar bila kita khawatir jika Pilguh Jatim mengulangi Pilkada DKI Jakarta beberapa tahun lalu.

Karena penggunaan sentimen agama dalam pemilihan kepala daerah bisa memicu tindakan intoleransi di Jatim. Hal itu wajib diwaspadai agar tidak terjadi politik pecah belah di masyarakat.

Kita sungguh sangat menyayangkan jika ada kandidat yang menggunakan politik agama dalam momen Pilkada ini. Itu sungguh sikap yang tidak fair, serta tidak sesuai dengan jiwa Pancasila.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun